Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun sekitar 2% ke titik terendah dalam dua minggu pada hari Senin karena berita tentang melonjaknya minat terhadap perusahaan rintisan China.
Model kecerdasan buatan (AI) berbiaya rendah dari DeepSeek memicu kekhawatiran atas permintaan energi untuk menggerakkan pusat data.
Sebelum berita tentang DeepSeek tersiar, harga minyak sudah diperdagangkan lebih rendah karena data ekonomi yang lemah dari China dan kekhawatiran bahwa tarif yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat semakin menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Selasa (28/1) pukul 7.10 WIB, harga minyak WTI kontrak Maret 2025 turun 0,08% ke US$ 73,11 per barel. Kemarin, harga minyak acuan AS ini tumbang 2% dalam sehari dari posisi US$ 74,66 per barel di pekan lalu.
Sejalan, harga minyak Brent kontrak Maret 2025 di ICE Futures kemarin turun 1,81% ke US$ 77,08 per barel dari posisi akhir pekan lalu US$ 78,5 per barel.
Brent mencapai pada level terendah sejak 9 Januari dan WTI pada level terendah sejak 2 Januari.
Baca Juga: Harga Shell Super Turun Tipis Usai Naik, Bisakah Lebih Murah Dari Pertamax, BP, Vivo?
Asisten AI milik perusahaan rintisan China DeepSeek menyalip pesaingnya dari AS, ChatGPT, dan menjadi aplikasi gratis berperingkat teratas yang tersedia di App Store Apple di AS. Hal itu menimbulkan keraguan di antara para investor yang telah menggelontorkan uang ke perusahaan-perusahaan energi AS dengan harapan AI akan mendorong permintaan energi untuk menggerakkan pusat-pusat data.
"Model DeepSeek (dilaporkan) lebih hemat energi dan modal, yang mempertanyakan proyeksi permintaan listrik yang signifikan untuk AS," kata analis di Jefferies, sebuah bank investasi, dalam sebuah laporan, yang mencatat AI mewakili sekitar 75% dari keseluruhan prakiraan permintaan AS hingga 2030-2035 dalam sebagian besar proyeksi.
"Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang prospek segera setelah DeepSeek, tetapi reli 20%(-plus) YTD (year-to-date) di perusahaan-perusahaan listrik tampak terbuka," kata Jefferies.
Dalam berita lain dari China, negara ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS, mencatat data manufaktur lebih lemah dari yang diharapkan. Pelemahan sektor manufaktur China menambah kekhawatiran baru atas permintaan energi.
"Angka yang lemah menyoroti perlunya lebih banyak upaya kebijakan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi," kata analis di Citibank dalam sebuah laporan.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Dipicu Pembatalan Ancaman Sanksi Trump Terhadap Kolombia
TRUMP TENTANG TARIF DAN OPEC
Analis mengatakan harga minyak telah tertekan dalam beberapa hari terakhir menyusul seruan Presiden Trump minggu lalu kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak untuk menurunkan harga minyak.
"Presiden Trump terus menekan menyerukan kelompok produsen untuk menurunkan harga guna membantu mengakhiri perang Rusia di Ukraina," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, dalam sebuah laporan yang dikutip Reuters.
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia dalam kelompok OPEC+ belum bereaksi terhadap seruan Trump, dengan delegasi OPEC+ menunjuk pada rencana yang ada untuk mulai meningkatkan produksi minyak mulai April.
Ancaman tarif Trump juga sebagian besar menekan harga minyak, memicu kekhawatiran bahwa perang dagang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.
Selama akhir pekan, AS mengancam dan kemudian dengan cepat membatalkan rencana untuk mengenakan sanksi dan tarif pada Kolombia setelah negara Amerika Selatan itu setuju untuk menerima migran yang dideportasi dari AS.
Tahun lalu, Kolombia mengirim sekitar 41% dari ekspor minyak mentahnya melalui laut ke AS, menurut data dari firma analitik Kpler. Perjanjian tersebut akan memungkinkan minyak tersebut terus mengalir, faktor lain yang menekan harga minyak mentah pada hari Senin.
Selanjutnya: Lewat Republic Day, Indonesia dan India Perkuat Kemitraan
Menarik Dibaca: Tips Bagi Usia di atas 50 Tahun dan Lansia Agar Lebih Berenergi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News