Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus melaju tinggi. Di tengah euforia pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) ke 45 harganya justru berhasil melambung 2% lebih tinggi dibanding hari sebelumnya.
Rencana pertemuan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan beberapa negara penghasil minyak lainnya pada Minggu (22/1) rupanya telah memberi sentimen positif bagi pergerakan harga.
Mengutip Bloomberg, Minggu (22/1) pukul 16.30 WIB, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman bulan Februari tercatat menguat 2,04% ke level US$ 52,42 per barel. Sedangkan jika membandingkan dengan harga sepekan terakhir, minyak mentah hanya menguat tipis sekitar 0,1%.
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint mengatakan adanya pertemuan OPEC dan negara penghasil minyak pada akhir pekan kemarin telah membuat pasar mengabaikan beberapa sentimen negatif yang bisa mempengaruhi harga.
Dalam pertemuan tersebut rencananya akan ditegaskan kembali komitmen pemangkasan produksi sebanyak 1,8 juta barel yang sudah disepakati akhir tahun lalu.
“Harusnya kalau EIA melaporkan stok minyak mentah mingguan AS naik kan harga turun, tetapi kali ini yang terjadi malah sebaliknya,” ungkapnya kepada Kontan, akhir pekan ini.
The US Energy Information Administration (EIA) melaporkan sampai 13 Januari cadangan minyak mentah AS mengalami kenaikan sekitar 2,3 juta barel. Kenaikan ini jauh dari perkiraan. Awalnya sejumlah analis telah memperkirakan cadangan minyak AS diprediksi akan berkurang sekitar 342 ribu barel.
Kepala EIA Fatih Birol berharap produksi minyak AS di tahun 2017 akan mengalami kenaikan hingga 500 ribu barel per hari. Ia sendiri telah memproyeksikan produksi minyak mentah di bulan Februari akan meningkat 4,6% di banding bulan Januari.
“Ini membuat pasar bingung tetapi akhirnya mereka tetap fokus ke pertemuan OPEC yang hendak membentuk komite pengawas pemangkasan,” terangnya.
Apalagi pernyataan dari beberapa negara anggota OPEC juga semakin menambah optimisme pasar. Salah satunya datang dari Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih misalnya. Menurutnya sejauh ini pemangkasan produksi minyak sudah mencatatkan hasil 1,5 juta barel/hari keluar dari pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News