Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah menguat pada perdagangan sebelumnya karena data impor China yang kuat. Namun, reli dibatasi oleh kekhawatiran tentang rekomendasi jeda untuk vaksin Covid-19 Johnson & Johnson yang dapat menunda pemulihan ekonomi dan membatasi pertumbuhan permintaan minyak global.
Selasa (13/4), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2021 naik 39 sen atau 0,6% ke level US$ 63,67 per barel.
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2021 melejit 48 sen atau 0,8% menjadi US$ 60,18 per barel.
Kedua kontrak tersebut mencatatkan perubahan kurang dari 1% selama lima sesi berturut-turut.
"Kami telah melakukan perdagangan dalam kisaran tertentu, dan membutuhkan data permintaan yang jelas dan arahan pada persediaan AS untuk keluar dari palung ini," kata Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group di Chicago
Sokongan utama bagi harga minyak datang usai ekspor China tumbuh dengan kecepatan tinggi pada bulan Maret. Dorongan lain untuk pemulihan ekonomi China datang karena permintaan global meningkat di tengah kemajuan vaksinasi Covid-19. Alhasil, pertumbuhan impor Negeri Tirai Bambu tersebut melonjak ke level tertinggi dalam empat tahun.
Impor minyak mentah ke China melonjak 21% di bulan Maret dari titik terendah tahun sebelumnya karena kilang meningkatkan operasi.
Baca Juga: Ladang minyak terbesar AS diprediksi akan mengalami kekeringan akhir tahun ini
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dalam laporan bulanannya menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak tahun 2021 sebesar 70.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya menjadi 5,95 juta barel per hari.
Data mingguan dari stik minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan turun pada minggu lalu untuk minggu ketiga berturut-turut, turut mendukung harga. Namun berdasarkan hasil jajak pendapat Reuters, persediaan minyak sulingan dan bensin kemungkinan tumbuh.
Tetapi, Energy Information Administration (EIA) mengatakan, produksi minyak AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan naik untuk bulan ketiga berturut-turut.
Lambatnya tingkat vaksinasi di Eropa dan antisipasi tambahan pasokan minyak dari Iran dalam beberapa bulan mendatang juga membatasi kenaikan harga minyak.
Belum lagi, Johnson & Johnson mengatakan akan menunda peluncuran vaksin Covid-19 di Eropa dan sedang meninjau kasus pembekuan darah yang sangat langka pada orang-orang. Badan Kesehatan Federal AS sudah merekomendasikan untuk menghentikan penggunaan vaksin ini karena enam wanita di bawah 50 mendapatkan pembekuan darah langka setelah itu menerima vaksin tersebut.
Di sisi lain, Pasukan Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menembakkan 17 drone dan dua rudal balistik ke beberapa sasaran di Arab Saudi, termasuk fasilitas Saudi Aramco di Jubail dan Jeddah.
Sementara itu, Teheran mengatakan ledakan pada hari Minggu di situs nuklir utamanya adalah tindakan sabotase oleh musuh bebuyutan Israel dan bersumpah akan membalas dendam.
"Kenaikan ketegangan geopolitik di kawasan tersebut hanya akan memiliki dampak bullish yang mencolok pada harga minyak jika dibarengi dengan gangguan pasokan fisik yang sebenarnya," ujar analis PVM dalam sebuah catatan.
Selanjutnya: Sebut AS musuh, Rusia: Kapal perang AS sebaiknya menjauhi Krimea!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News