Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis pada Jumat (16/12) pagi. Kemarin, harga minyak turun sekitar 2% karena penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran prospek permintaan bahan bakar.
Jumat (16/12) pukul 7.20 WIB, harga minyak WTI kontrak Januari 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,06% ke US$ 76,16 per barel. Kemarin, harga minyak acuan AS turun 1,51%.
Setelah naik selama tiga hari berturut-turut, Brent berjangka kemarin turun 1,8% menjadi US$ 81,21 per barel.
"Harga minyak mentah melemah karena risiko resesi global meningkat setelah gelombang pengetatan bank sentral lainnya. Reli minyak baru-baru ini kehabisan tenaga karena penghindaran risiko menjadi liar," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA kepada Reuters.
Baca Juga: Harga Emas Turun Pada Jumat (16/12) Akibat Indikasi Kenaikan Bunga Lebih Lanjut
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell pada hari Rabu mengatakan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun depan, bahkan ketika ekonomi tergelincir ke arah kemungkinan resesi. Pada hari Kamis, Bank of England dan Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.
Wall Street turun tajam karena pedoman Federal Reserve untuk pengetatan kebijakan lebih lanjut memadamkan harapan siklus kenaikan suku bunga akan berakhir dalam waktu dekat.
"Harga minyak berada di bawah tekanan karena pedoman hawkish Fed untuk kebijakan moneternya memicu kekhawatiran baru tentang pertumbuhan ekonomi, mengangkat dolar AS dan menurunkan harga komoditas," kata analis CMC Markets Tina Teng.
Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pengguna mata uang lain.
Baca Juga: Produksi Batubara China Catatkan Rekor Tertinggi pada Bulan November 2022
Penjualan ritel AS turun lebih dari yang diharapkan pada bulan November. Tetapi belanja konsumen tetap didukung oleh pasar tenaga kerja yang ketat. Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun paling banyak dalam lima bulan terakhir pada pekan lalu.
Di China, ekonomi terbesar kedua di dunia, kehilangan lebih banyak tenaga kerja pada November karena output pabrik melambat dan penjualan ritel memperpanjang penurunan. Ini adalah data terburuk dalam enam bulan, tertatih-tatih oleh lonjakan kasus Covid-19 dan pembatasan virus yang meluas.
Juga menekan harga minyak, TC Energy Corp Kanada mengatakan akan melanjutkan operasi di bagian pipa Keystone, seminggu setelah kebocoran lebih dari 14.000 barel minyak di Kansas memicu penutupan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News