Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah negara pengimpor minyak (OPEC) memangkas produksi minyak berbuah manis. Namun, pasar harus terus memantau perkembangan industri minyak Amerika Serikat yang semakin mendekati level produksi setara dengan Arab Saudi dan Rusia.
Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate hari Selasa (16/1) di bursa New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk kontrak pengiriman Februari 2017 pada pukul 14:56 naik 0,23% ke level US$ 64,45 per barel. Angka ini menjadi posisi tertinggi sejak Juni 2015.
Research & Analyst Monex Investindo Futures Faisyal memaparkan, kenaikan harga hari ini merespons kondisi pasokan minyak dunia yang merapat akibat pangkas produksi OPEC.
"Sentimen OPEC ini menjadi satu-satunya katalis positif di tengah meningkatnya produksi AS," jelas Faisyal kepada KONTAN, Selasa (16/1).
Memang, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah aktivitas pengeboran di Amerika Serikat hingga 12 Januari bertambah 10 rig atau total 752 sumur pengeboran. Posisi ini menjadi aktivitas terbanyak sejak September 2017 lalu. Bila AS terus menggenjot aktivitas pengeborannya, maka negara ini dapat mencapai kapasitas produksi 10 juta barel per hari yang mana setara dengan Arab Saudi dan Rusia. Bila terjadi, pasokan minyak mentah dapat melebihi kemampuan serap pasar dan menyebabkan harga jatuh.
Secara jangka menengah, Faisyal melihat harga minyak akan terus rebound. Pasalnya para top-producer seperti Arab Saudi, Rusia dan Irak terus mengimbau untuk memangkas produksi minyak. Apalagi perekonomian global terus membaik dan dapat berdampak pada peningkatan kegiatan industri dan permintaan pada komoditas ini.
"Tumbuh dan bergeraknya arah perekonomian negara maju ini juga disinyalkan dari pengetatan kebijakan moneter seperti di Eropa, Inggris dan Jepang. Artinya ekonomi membaik, industri bisa makin banyak beraktivitas dan bisa tingkatkan permintaan pada minyak," jelas Faisyal. Dengan demikian, pada akhir kuartal I-2018, harga minyak mentah bisa melambung hingga level US$ 70 per barel.
Sedangkan untuk perdagangan esok Selasa (17/1), Faisyal melihat harga bakal koreksi lantaran sudah menguat tajam. Ia memprediksi, esok harga minyak mentah akan berada di US$ 63 - US$ 65. Sedangkan dalam sepekan akan melebar ke US$ 61,50 - US$ 68.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News