kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Harga Minyak Naik Setelah AS dan China Sepakat Lanjutkan Pembicaraan Dagang


Jumat, 06 Juni 2025 / 06:38 WIB
Harga Minyak Naik Setelah AS dan China Sepakat Lanjutkan Pembicaraan Dagang
ILUSTRASI. Ilustrasi Pompa angguk tambang minyak.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  HOUSTON. Harga minyak dunia naik pada Kamis (5/6), memulihkan sebagian penurunan dari hari sebelumnya, setelah muncul kabar bahwa Amerika Serikat dan China sepakat untuk melanjutkan pembicaraan dagang.

Kesepakatan ini tercapai setelah percakapan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Harga minyak mentah Brent naik sebesar 48 sen atau 0,7%, menjadi US$ 65,34 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 52 sen atau 0,8%, menjadi US$ 63,37 per barel.

Baca Juga: AS-China Sepakat Turunkan Tarif Dagang, Harga Minyak Melonjak Lebih 3%

“Jika ketegangan dagang mereda, hal ini akan meningkatkan ekspektasi permintaan minyak, baik di AS maupun di China,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

Kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua, melaporkan bahwa percakapan tersebut berlangsung atas permintaan Presiden Trump. Trump sendiri menyatakan melalui media sosial bahwa pembicaraannya dengan Xi berfokus pada isu perdagangan dan menghasilkan kesimpulan yang sangat positif.

Ia juga mengumumkan bahwa akan ada diskusi lanjutan di tingkat yang lebih rendah antara kedua negara. “Kami berada dalam posisi yang sangat baik dengan China terkait kesepakatan dagang,” ujar Trump kepada wartawan.

Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Mark Carney juga melakukan komunikasi langsung dengan Trump sebagai bagian dari upaya Ottawa membujuk Washington untuk mencabut tarif perdagangan, menurut Menteri Perindustrian Kanada, Melanie Joly.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Lebih dari 3% Senin (12/5), Brent ke US$65,94 & WTI ke US$63,08

Kabar mengenai perkembangan positif hubungan dagang AS-China ini disambut baik oleh para investor, sehari setelah harga minyak turun 1% akibat laporan yang menunjukkan bahwa stok bensin dan bahan bakar sulingan AS meningkat melebihi perkiraan.

Kenaikan stok tersebut mencerminkan melemahnya permintaan di ekonomi terbesar dunia itu.

Selain perkembangan geopolitik, kebakaran hutan di Kanada yang mengancam produksi minyak turut menopang harga. Namun, analis dari PVM, Tamas Varga, memperingatkan bahwa pasar berisiko mengalami kelebihan pasokan pada paruh kedua tahun ini seiring dengan peningkatan produksi dari OPEC+.

Kenaikan harga minyak pada Kamis dibatasi oleh keputusan Arab Saudi untuk memangkas harga minyak mentah bulan Juli bagi pembeli di Asia, mendekati level terendah dalam dua bulan terakhir.

Pemangkasan ini dilakukan setelah OPEC+ memutuskan pada akhir pekan lalu untuk meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Juli.

Baca Juga: Harga Minyak Naik, Pasar Pertimbangkan Perkembangan Perdagangan AS-China

Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto OPEC, disebut mengambil langkah tersebut untuk menghukum produsen yang melebihi kuota produksi, dengan kemungkinan menghentikan pemangkasan sebesar 2,2 juta barel per hari antara Juni hingga akhir Oktober.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk merebut kembali pangsa pasar, menurut laporan Reuters sebelumnya.

Di sisi ekonomi, data yang dirilis Rabu menunjukkan sektor jasa AS mengalami kontraksi pada Mei, untuk pertama kalinya dalam hampir setahun.

Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah warga yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat dalam minggu yang berakhir pada 31 Mei, menandai lonjakan kedua secara berturut-turut.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Hampir 2% Akibat Sanksi Baru terhadap Iran & Penguatan Pasar Saham

Peningkatan ini mencerminkan pelemahan pasar tenaga kerja akibat hambatan ekonomi yang dipicu tarif perdagangan.

Laporan penggajian nonpertanian AS yang akan dirilis pada Jumat diperkirakan akan memengaruhi arah kebijakan suku bunga Federal Reserve. Analis dari UBS, Giovanni Staunovo, menyatakan bahwa pasar juga akan mencermati perkembangan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Selanjutnya: Kabar Baik! Bank Indonesia Segera Uji Coba QRIS di China dan Arab Saudi

Menarik Dibaca: Promo Pizza Hut Long Weekend 6-8 Juni 2025, QU4RTZA + Cheese Rizz Cuma Rp 199.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×