Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak naik sekitar 1% pada Senin (1/9/2025) akibat kekhawatiran gangguan pasokan imbas serangan udara Rusia-Ukraina yang semakin intensif, serta pelemahan dolar AS.
Harga minyak mentah Brent tercatat naik 62 sen atau 0,9% menjadi 68,10 dolar per barel pada pukul 10.19 waktu setempat.
Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat menguat 65 sen atau 1% ke posisi 64,66 dolar. Aktivitas perdagangan diperkirakan sepi karena hari libur nasional di AS.
Pada Agustus lalu, Brent dan WTI sama-sama mencatat penurunan bulanan pertama dalam empat bulan terakhir, masing-masing merosot lebih dari 6% akibat peningkatan pasokan dari kelompok produsen OPEC+.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Imbas Risiko Pasokan dan Fundamental yang Lemah
“Minyak mentah melemah pada Agustus dan memasuki September tanpa arah yang jelas dalam kisaran harga yang ada. Kekhawatiran surplus pasokan pada kuartal IV dibayangi ketegangan geopolitik,” kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank.
Fokus investor juga tertuju pada Beijing, di mana Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Perdana Menteri India Narendra Modi menghadiri pertemuan regional. Selain itu, pasar menantikan rapat OPEC+ pada 7 September.
Kekhawatiran pasar terhadap aliran minyak Rusia semakin besar setelah pengiriman mingguan dari pelabuhan negara itu turun ke level terendah empat pekan, yakni 2,72 juta barel per hari, menurut data pelacakan kapal tanker yang dikutip analis ANZ.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Minggu berjanji akan melakukan serangan balasan lebih dalam ke wilayah Rusia setelah serangan drone Moskow terhadap fasilitas listrik di Ukraina utara dan selatan.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Terdampak Pelemahan Dolar AS dan Beragamnya Sentimen Ekonomi
Kedua negara dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan serangan udara, menyasar infrastruktur energi dan mengganggu ekspor minyak Rusia.
Sebuah jajak pendapat Reuters pada Jumat menunjukkan harga minyak tahun ini diperkirakan tidak akan naik signifikan dari level saat ini, karena peningkatan produksi dari produsen utama berpotensi menimbulkan surplus, sementara ancaman tarif AS menekan pertumbuhan permintaan.
Analis HSBC memproyeksikan persediaan minyak akan meningkat pada kuartal IV 2025 hingga kuartal I 2026, dengan surplus sekitar 1,6 juta barel per hari pada kuartal akhir tahun depan.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Ketegangan Israel-Iran Picu Kekhawatiran Gangguan Pasokan
Dari sisi makroekonomi, laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pekan ini menjadi acuan kondisi ekonomi dan menguji keyakinan investor terkait potensi penurunan suku bunga.
Ekspektasi penurunan suku bunga telah meningkatkan selera terhadap aset berisiko seperti komoditas.
Menjelang data tersebut, dolar AS pada Senin berada dekat posisi terendah lima pekan, membuat harga minyak lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain.
Selanjutnya: Promo Gajian Emas: Gadai Tabungan & Bayar Angsuran di Pegadaian Digital
Menarik Dibaca: Saat Bitcoin Tiarap, Ini 5 Jawara Kripto Top Gainers dalam 24 Jam Terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News