kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Harga minyak mentah tunggu pertemuan OPEC


Selasa, 08 Agustus 2017 / 17:32 WIB
Harga minyak mentah tunggu pertemuan OPEC


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Harga minyak mentah WTI bergerak cukup fluktuatif menanti hasil pertemuan negara-negara penghasil minyak OPEC dan non OPEC di Abu Dhabi.

Pasar sepertinya masih menanti kejelasan akan evaluasi kepatuhan pemangkasan produksi minyak. Demi menjaga harga, beberapa waktu lalu negara-negara penghasil minyak telah bersepakat untuk memangkas produksi hingga 1,8 juta barel per hari sampai Q1 2018.

Mengutip Bloomberg, siang tadi (8/8) sekitar pukul 12.32 wib harga minyak mentah WTI terlihat melemah 0,3% ke level US$ 49,24 per barel. Namun menjelang sore pukul 15.34 wib harganya berbalik menguat ke level US$ 49,58 per barel.

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures melihat sebenarnya saat ini minyak WTI tengah memasuki fase konsolidasi menanti hasil pertemuan OPEC. Pasar menanti komitmen negara-negara penghasil minyak untuk mematuhi kesepakatan pemangkasan produksi.

Di bulan Juli, output OPEC mencapai level tertinggi di 2017 yaitu mencapai 33 juta barel per hari. Angka tersebut naik 90.000 barel dari bulan Juni.

“Sekarang ini kepatuhannya berada di bawah level 90%, padahal sebelumnya bisa lebih dari itu,” terangnya kepada Kontan, Selasa (8/8).

Namun meski begitu, lanjut Deddy jika dalam pertemuan tersebut jangka waktu pemangkasan diperpanjang tanpa menambah jumlah hal itu tidak akan berpengaruh besar ke harga minyak karena negara penghasil minyak lain juga terus menambah produksi.

Amerika Serikat (AS) misalnya. Negeri paman Sam itu menargetkan untuk menghasilkan 10 juta barel per hari di tahun 2018 atau menyamai Arab Saudi yang selama ini menjadi produsen minyak paling besar di dunia.

Sementara itu terkait koreksi harga minyak mentah yang terjadi sejak awal pekan ini, kata Deddy itu disebabkan isu pasokan yang meningkat. Ladang minyak terbesar di Libya kini telah kembali beroperasi setelah sempat terganggu karena aksi demonstran bersenjata. Kilang di pesisisi Zawiya itu memproduksi 270.000 barel per hari.

“Itu menjadi sentimen negatif bagi minyak,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×