Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga minyak kembali terkikis di bawah US$ 43 per barel setelah data industri Amerika Serikat (AS) menunjukkan adanya kenaikan cadangan minyak. Hal ini menjaga tingkat persediaan minyak AS di level tertinggi setidaknya dalam dua dekade.
Mengutip Bloomberg, Rabu (10/8) pukul 13.45 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman September 2016 di New York Mercantile Exchange terkikis 0,44% ke level US$ 42,58 per barel dibanding sehari sebelumnya.
Berdasarkan rilis American Petrolium Institute (API), cadangan minyak AS naik 2,09 juta barel pekan lalu. Sementara data pemerintah dari Energy Information Administration (EIA) yang akan dirilis malam ini memprediksi cadangan minyak AS pekan lalu akan turun 1,5 juta barel.
Minyak telah mengalami fluktuasi setelah jatuh lebih dari 20% sejak level tertinggi tahun ini dan ditutup di bawah US$ 40 barel pada pekan lalu atau level terendah dalam hampir empat bulan. Goldman Sachs Group Inc memperkirakan pasar akan mengalami sedikit defisit di semster kedua tahun ini, sementara EIA memprediksi konsumsi minyak akan melebihi pasokan pada tahun 2017.
"Pasokan minyak mentah yang masih melebar akan menjaga harga dari reli terlalu kuat," ujar David Lennox, seorang analis Fat Prophets di Sydney, seperti dikutip Bloomberg. "Tren dalam jalur yang benar, yakni turun dari puncaknya, tetapi masih akan lebih dari 500 juta barel cadangan. Sampai kita melihat angka cadangan kembali ke level rata - rata, kenaikan signifikan akan terbatas," lanjutnya.
Laporan API yang dirilis Selasa kemarin menunjukkan cadangan bensin AS turun 3,95 juta barel pekan lalu. Sedangkan menurut survey Bloomberg, cadangan bensin AS pekan lalu versi EIA turun akan 1,3 juta barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
