kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga minyak mentah melemah terseret produksi minyak AS yang naik


Selasa, 01 September 2020 / 06:17 WIB
Harga minyak mentah melemah terseret produksi minyak AS yang naik
ILUSTRASI. Harga minyak mentah melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah melemah pada penutupan perdagangan di awal pekan ini. Di mana Brent tergelincir dari level tertinggi lima bulan karena permintaan global tetap di bawah permintaan sebelum pandemi virus corona berlangsung. Di saat yang sama, harga si emas hitam tertekan oleh produksi minyak Amerika Serikat (AS) yang naik tipis.

Mengutip Reuters, Senin (31/8), harga minyak berjangka jenis Brent kontrak pengiriman November 2020 ditutup di US$ 45,28 per barel, turun 53 sen, atau 1,2%. 

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman Oktober 2020 juga ditutup melemah 36 sen atau 0,8% ke US$ 42,61 per barel. 

Baca Juga: Saudi Aramco menemukan dua ladang minyak dan gas baru

Walau koreksi, harga Brent masih menguat 7,5% sepanjang bulan Agustus. Ini jadi kenaikan harga bulanan kelima berturut-turut. 

Sedangkan bagi harga minyak WTI yang naik 5,8% sepanjang bulan lalu, ini menjadi kenaikan bulanan keempat secara berturut-turut. Bahkan di bulan lalu, harga minyak WTI sempat cetak rekor tertingginya selama lima bulan di level US$ 43,78 per barel pada 26 Agustus, ketika Badai Laura melanda pesisir pantai AS. 

Namun, tekanan bagi minyak tetap ada karena kelebihan pasokan bahan bakar. Ini terjadi walau sebagian besar negara di dunia ini sudah melakukan pelonggaran besar-besaran terhadap penguncian. 

"Masalahnya, permintaan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan nyata," kata John Kilduff, partner di Again Capital di New York.

Pada saat yang sama, Energy Information Administration  melaporkan, produksi minyak AS naik 420.000 barel per hari pada Juni menjadi 10,44 juta barel per hari. Ini memberikan tekanan lebih lanjut pada harga.

Produksi minyak di Pantai Teluk AS lebih rendah karena perusahaan energi melanjutkan upaya untuk memulihkan platform dan kilang ditutup sebelum dua badai melanda pekan lalu.

"Masih ada beberapa kekhawatiran tentang efek tertinggal dari Badai Laura dan apa artinya bagi operasi kilang serta dampak pada permintaan dan ekspor," kata Phil Flynn, senior analiyst Price Futures Group di Chicago.

Departemen Energi AS mengatakan, situs Cadangan Minyak Strategis Hackberry Barat di Louisiana "mengalami kerusakan yang cukup besar" akibat Badai Laura.

Baca Juga: Harga minyak kompak menguat, WTI ke US$ 43,14 dan Brent menuju US$ 46,10 per barel

Guna menyokong harga, sentimen datang setelah perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi mengatakan kepada pelanggannya pada hari Senin bahwa mereka akan mengurangi pasokan Oktober sebesar 30%, naik dari pemotongan 5% pada bulan September, seperti yang diarahkan oleh pemerintah Uni Emirat Arab untuk memenuhi komitmennya terhadap perjanjian OPEC + baru-baru ini.

Di sisi lain, perkiraan pertumbuhan Jerman 2021 yang sedikit membaik dan survei pada hari Senin menunjukkan kekuatan di sektor jasa China mendukung harga minyak, kata para analis, tetapi rintangan untuk minyak mentah ke depannya tetap ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×