Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak mentah melemah pada awal perdagangan hari ini. Kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan yang lambat, disertai kasus virus corona yang meningkat dan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa jadi pemberat harga emas hitam ini.
Kamis (11/6), pukul 07.45 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juli 2020 di Nymex jatuh 2,2%, atau 86 sen, menjadi US$ 38,74 per barel.
Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka Brent kontrak pengiriman Agustus 2002 di ICE Futures juga turun 2,0%, atau 85 sen, menjadi US$ 40,88 per barel.
Baca Juga: Stok minyak AS naik, harga minyak mentah ditutup menguat
Para analis mengatakan, setelah harga naik dua kali lipat sejak bulan April, kini investor mulai merespon berita negatif.
"Reli harga minyak mentah baru-baru ini terhenti karena meningkatnya persediaan menunjukkan jalan berbatu menuju pemulihan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
Energy Information Administration (EIA) melaporkan, persediaan minyak mentah AS naik 5,7 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 Juni menjadi 538,1 juta barel. Ini menjadi rekor, setelah impor melonjak karena kedatangan pasokan yang dibeli oleh kilang ketika Arab Saudi membanjiri pasar pada bulan Maret dan April.
Pada saat yang sama, cadangan bensin tumbuh lebih dari yang diharapkan menjadi 258,7 juta barel. Stok sulingan, yang meliputi diesel dan minyak pemanas, naik 1,6 juta barel, tetapi kenaikannya lebih kecil dari minggu-minggu sebelumnya.
Menambah sentimen negatif bagi harga minyak, Federal Reserve AS mengatakan, ekonomi terbesar dunia akan menyusut 6,5% tahun ini. Sementara tingkat pengangguran AS akan berada pada level 9,3% pada di tahun 2020.
Baca Juga: Jangan lengah dengan harga minyak yang murah, begini alasannya
"Pedagang jangka pendek dan uang cepat sangat cenderung untuk menjual langsung atau untuk mengambil keuntungan pada setiap petunjuk data bearish," kata Stephen Innes, Chief Global Market Strategist di Axicorp.
Dalam tanda lebih lanjut bahwa pemulihan akan terus dibayangi oleh virus corona, total kasus AS mencapai 2 juta pada Rabu (10/6). Berdasarkan analisis Reuters, infeksi baru di Negeri Paman Sam meningkat sedikit setelah lima minggu penurunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News