Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun untuk hari kedua pada hari Jumat (13/8). Setelah IEA memperingatkan bahwa pertumbuhan permintaan untuk minyak mentah dan produknya telah melambat tajam karena melonjaknya kasus Covid-19 di seluruh dunia, memaksa pemerintah untuk menghidupkan kembali pembatasan pergerakan.
Melansir Reuters pukul 07.59 WIB, harga minyak mentah Brent turun 31 sen atau 0,4% pada US$71,00 per barel pada 0046 GMT, setelah turun 13 sen pada sesi sebelumnya.
Harga minyak mentah West Texas Intemediate (WTI) turun 33 sen atau 0,5% menjadi US$68,76 per barel, setelah turun 0,2% pada hari Kamis. Kedua harga minyak acuan tersebut masih menuju sedikit kenaikan pekan ini.
Baca Juga: Harga minyak mentah stabil, varian Delta memperlambat pemulihan permintaan global
"Kami sekarang melihat pemulihan permintaan global terhenti bulan ini dengan permintaan minyak hanya mencapai 98,3 juta barel per hari (mbd) pada Agustus dan rata-rata 97,9 mbd pada September, setara dengan rata-rata hampir 98 mbd pada Juli," kata JPM Commodities Research.
Meningkatnya permintaan minyak mentah terhenti pada bulan Juli dan diperkirakan akan meningkat pada kecepatan yang lebih lambat selama sisa tahun 2021. Dipicu oleh lonjakan infeksi dari varian Delta virus corona.
"Pertumbuhan untuk paruh kedua tahun 2021 telah diturunkan lebih tajam, karena pembatasan COVID-19 baru yang diberlakukan di beberapa negara konsumen minyak utama, terutama di Asia, tampaknya akan mengurangi mobilitas dan penggunaan minyak," kata Badan Energi Internasional (IEA).
Sebaliknya, OPEC pada hari Kamis mempertahankan perkiraannya untuk rebound permintaan minyak secara global tahun ini dan pertumbuhan lebih lanjut pada tahun 2022, terlepas dari meningkatnya kekhawatiran tentang lonjakan infeksi Covid-19.
Baca Juga: Bursa Asia-Pasifik melemah Jumat pagi, saat Dow dan S&P 500 menembus rekor tertinggi
Dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga menaikkan ekspektasi untuk pasokan tahun depan dari produsen lain, termasuk pengebor serpih AS, yang berpotensi mengganggu upaya kelompok dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk mencapai keseimbangan di pasar.
"Meskipun OPEC membiarkan perkiraan permintaannya tidak berubah, kami berpikir bahwa prospek permintaan jangka pendek telah memburuk, yang mungkin berarti bahwa kelompok tersebut menyesuaikan rencana pasokannya pada pertemuan berikutnya," kata Caroline Bain, kepala ekonom komoditas di Capital Economics, dalam sebuah catatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News