Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah menanjak setelah berada di level terendahnya di tahun lalu. Di pekan lalu, minyak mentah WTI tembus ke level US$ 65,37 per barel, dan untuk minyak mentah Brent yang berada di level US$ 68,71 per barel.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kenaikan harga minyak terjadi karena kebutuhan dari negara maju dan berkembang terhadap minyak mentah dan minyak sawit masih cukup tinggi. Kenaikan saat ini dinilai Ibrahim karena permintaan untuk minyak mentah sudah stabil, terutama ketika produk domestik bruto (PDB) China yang berada di angka 18,3%. Walaupun, saat ini India sebagai importir minyak ketiga terbesar di dunia, mengalami permasalahan dari pandemi Covid-19.
Akan tetapi, ada beberapa hal yang patut diwaspadai. Harga minyak berpotensi koreksi meski tidak tajam. “Harga minyak saat ini tergantung pada masalah geopolitik, pasca Iran dilepas embargonya oleh Amerika, maka dengan sendirinya Iran akan menambah kuota produksi untuk minyaknya, sehingga harga minyak akan lebih oversupply,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Senin (17/5).
Baca Juga: Harga batubara berpotensi turun di akhir tahun
Namun, permasalahan geopolitik di Timur Tengah tersebut kemungkinan akan membawa harga minyak mentah dunia kembali naik meski tipis-tipis. Hal ini juga didukung oleh beberapa negara OPEC yang terus menambah kuota produksi minyak mentah dunia.
Ditambah lagi beberapa negara di Eropa sudah membuka lockdown. AS juga diperkirakan akan kembali membuka lockdown, yang nantinya akan membuat permintaan minyak mentah akan lebih tinggi.
Di akhir tahun, Ibrahim menilai bahwa harga minyak mentah akan turun dan bergerak di kisaran angka US$ 50 per barel.
Baca Juga: Pipa gas Colonial kembali beroperasi, krisis bahan bakar AS mulai teratasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News