kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,29   -31,44   -3.39%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Menguat Setelah Anjlok di Pekan Lalu


Senin, 20 Juni 2022 / 07:28 WIB
Harga Minyak Menguat Setelah Anjlok di Pekan Lalu
ILUSTRASI. Harga minyak menguat tipis setelah anjlok di perdagangan terakhir pekan lalu.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis setelah anjlok di perdagangan terakhir pekan lalu. Senin (20/6) pukul 7.20 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2022 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 110,05 per barel, menguat 0,45% dari posisi akhir pekan lalu US$ 109,56 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 di ICE Futrues menguat 0,35% ke US$ 113,5 per barel dari penutupan perdagangan pekan lalu US$ 113,12 per barel.

Harga minyak anjlok sekitar 7% ke level terendah empat minggu pada hari Jumat di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga oleh bank sentral utama dapat memperlambat ekonomi global dan memangkas permintaan energi.

Baca Juga: Harga Emas Melemah Pagi Ini, Melanjutkan Penurunan Pekan Lalu

Juga menekan harga minyak, nilai tukar dolar AS naik ke level tertinggi sejak Desember 2002 terhadap sekeranjang mata uang, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

"Harga minyak mentah jatuh karena dolar menguat, Rusia mengisyaratkan ekspor minyak harus meningkat, dan karena kekhawatiran resesi global tumbuh," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA kepada Reuters.

Para gubernur bank sentral global yang dengan cepat melonggarkan kebijakan moneter selama pandemi untuk menghindari resesi, kini mengetatkan untuk memerangi inflasi. Federal Reserve pekan lalu menaikkan suku bunga AS paling banyak dalam lebih dari seperempat abad.

Baca Juga: Lockdown di China dan Kenaikan Indeks Dollar Menekan Harga Minyak

"Dengan bank sentral membuat langkah yang cukup substansial untuk membatasi pertumbuhan melalui kenaikan suku bunga dan pengetatan moneter, muncul efek pada minyak," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York. Dia mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat berpotensi menurunkan permintaan energi.

Rusia, sementara itu, mengharapkan ekspor minyaknya meningkat pada 2022 meskipun ada sanksi Barat dan embargo Eropa. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, pasar minyak global terus menunjukkan tanda-tanda turbulensi. Dia menyebut, ini disebabkan oleh ketidakpastian atas pemulihan produksi minyak di Libya, Iran, dan Venezuela dan kurangnya infrastruktur energi.

Gejolak pasar tentu meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Aliran gas Rusia ke Eropa tidak memenuhi permintaan pada hari Jumat karena gelombang panas awal di selatan mendorong permintaan untuk AC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×