Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak kembali menguat untuk sesi keempat berturut-turut. Sentimen positif bagi emas hitam ini datang dari pemangkasan produksi seperti yang dijanjikan dan potensi kenaikan permintaan akibat banyak negara yang melonggarkan lockdown.
Mengutip Reuters, Selasa (19/5) pukul 08.45 WIB, harga mentah jenis Brent kontak pengiriman Juli 2020 di ICE Futures naik US$ 0,85, atau 2,4%, menjadi US$ 35,66 per barel. Ini juga jadi level tertinggi sejak 9 April.
Serupa, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juni 2020 naik US$ 1,30, atau 4,1%, menjadi US$ 33,12 per barel. Lagi-lagi, ini adalah rekor tertinggi sejak 16 Maret.
Baca Juga: Harga minyak melonjak ke level tertinggi 2 bulan, WTI ke US$ 31,82 per barel
Kontrak berjangka WTI untuk bulan Juni akan berakhir pada ini, tetapi tidak ada sedikit tanda pengulangan kejatuhan bersejarah di bawah nol yang terlihat pada bulan lalu, saat berakhirnya kontrak Mei. Kala itu, harga minyak sedang diterpa badai akibat permintaan untuk minyak mentah tak menunjukkan tanda-tanda perbaikan akibat pandemi virus corona.
Namun, kini pasar sudah mendapat angin segar setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, benar-benar menjalankan pemangkasan produksi seperti yang sudah disepakati sebelumnya.
OPEC+ telah memotong ekspor minyaknya secara tajam pada paruh pertama Mei. Perusahaan yang melacak pengiriman minyak mengatakan, menunjukkan awal yang kuat dalam mematuhi perjanjian pengurangan produksi baru.
"Sentimen investor telah membaik karena OPEC+ tampaknya memangkas produksi karena mereka berjanji untuk bulan ini, dengan pemotongan sukarela yang lebih diharapkan pada bulan Juni," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager of Research Nissan Securities.
"Pada saat yang sama, ada optimisme yang berkembang bahwa pelonggaran kuncian global akan membantu meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan bahan bakar," tambah dia.
Tak heran jika akhirnya Kikukawa memprediksi, patokan minyak mentah AS yakni minyak WTI akan terus menguat dan kembali ke level US$ 35 per barel.
Baca Juga: Harga minyak pulih, Brent naik 4,1% dan WTI menguat 5,6%
Dalam dukungan lebih lanjut untuk harga, produksi AS juga turun. Produksi minyak mentah AS pada tujuh sumur minyak utama diperkirakan turun dengan rekor 197.000 barel per hari pada Juni menjadi 7,822 juta barel per hari.
Berdasarkan data Energy Information Administration, jumlah tersebut akan menjadi yang terendah sejak Agustus 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News