Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak merangkak naik jelang akhir pekan. Kenaikan harga minyak didukung oleh stok minyak mentah AS yang lebih rendah dan penghentian ekspor dari wilayah Kurdistan Irak, yang mengimbangi tekanan dari pemotongan pasokan Rusia yang lebih kecil dari perkiraan.
Jumat (31/3) pukul 7.41 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2023 di New York Mercantile Exchange naik tipis 0,05% ke US$ 74,41 per barel setelah kemarin melesat 1,92%.
Dalam sepekan, harga minyak WTI melesat 7,43%. Sedangkan sepanjang Maret hingga Jumat pagi, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini turun 3,6%.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak Mei 2023 di ICE Futures pagi ini naik tipis ke US$ 79,30 per barel dari posisi kemarin US$ 79,.27 per barel. Kemarin, harga minyak acuan internasional ini menguat 1,26%,
Dalam sepekan terakhir, harga minyak Brent melesat 5,75%. Tetapi sepanjang Maret, harga minyak Brent turun 4,97%.
Baca Juga: Harga Emas Terangkat Pelemahan Dolar AS, Menuju Kenaikan 8,35% Sepanjang Maret 2023
Mendukung kenaikan harga minyak, produsen telah menutup atau mengurangi produksi di beberapa ladang minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak utara menyusul penghentian pipa ekspor utara. Penghentian produksi yang lebih banyak diprediksi menyusul kemudian.
Irak terpaksa menghentikan sekitar 450.000 barel per hari ekspor minyak mentah dari wilayah Kurdistan (KRI) pada hari Sabtu melalui pipa yang mengalir dari ladang minyak Kirkuk utara ke pelabuhan Turki di Ceyhan. Angka ini setara setengah persen dari pasokan minyak global.
Namun, "Perubahan dalam politik dalam negeri Irak dapat mengarah pada penyelesaian politik yang tahan lama," ungkap analis Citi pada hari Kamis. Citi memperkirakan aliran pipa dapat meningkat sebesar 200.000 barel per hari.
Yang juga mendukung harga adalah laporan dari Energy Information Administration (EIA) AS bahwa stok minyak mentah AS turun secara tak terduga dalam seminggu hingga 24 Maret. Persediaan minyak mencapai level terendah dua tahun.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik 1% Dipicu Risiko Pasokan Irak dan Stok Amerika, Kamis (30/3)
Persediaan minyak mentah turun 7,5 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan 100.000 barel dalam jajak pendapat Reuters dari para analis.
"Pedagang mulai membiarkan jumlah persediaan kemarin turun sedikit," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
Faktor-faktor ini mengimbangi sentimen bearish setelah penurunan produksi minyak mentah Rusia yang lebih rendah dari perkiraan dalam tiga minggu pertama bulan Maret.
Penurunan produksi 300.000 barel per hari di Rusia lebih rendah dibandingkan dengan pemotongan yang ditargetkan sebesar 500.000 bpd, atau sekitar 5% dari produksi Rusia.
Pasar sekarang menunggu data pengeluaran dan inflasi AS yang akan dirilis pada hari Jumat dan dampak yang dihasilkan pada nilai dolar AS.
Baca Juga: Wall Street Menguat, Saham Teknologi Jawara Saat Sektor Keuangan Tertekan
Sementara itu, lima delegasi OPEC+ menyebut, kelompok ini kemungkinan akan tetap berpegang pada kesepakatan pengurangan produksi minyak pada pertemuan hari Senin.
"Sementara kami melihat harga minyak mungkin tetap bergejolak dalam waktu dekat, kami masih memperkirakan kenaikan impor minyak mentah China dan produksi Rusia yang lebih rendah untuk mengangkat harga selama kuartal mendatang," kata UBS, Kamis.
PetroChina kemarin menyebut, konsumsi bahan bakar sulingan China tahun ini kemungkinan akan tumbuh 3% dari tingkat pra-Covid 2019.
"Jika semua berjalan seperti yang diharapkan dan kita berhasil menghindari resesi, harga minyak akan bergerak sekitar US$ 75-US$ 85 dalam beberapa bulan mendatang," kata analis FGE dalam sebuah catatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News