kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,98   -12,52   -1.36%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mendidih seiring kondisi Timur Tengah yang memanas


Senin, 06 Januari 2020 / 11:03 WIB
Harga minyak mendidih seiring kondisi Timur Tengah yang memanas
ILUSTRASI. Harga minyak brent untuk pengiriman Maret 2020 di ICE Futures berada pada level US$ 70,21 atau naik 2,34%.


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah melesat sejak pada perdagangan Jumat (3/1), menyusul serangan udara Amerika Serikat (AS) ke ibu kota Irak, Baghdad. Pemimpin militer tertinggi Iran Qassem Soleimani menjadi korban dalam penyerangan tersebut.

Hingga hari ini Senin (6/1), melansir Bloomberg, harga minyak masih mengalami penguatan. Pada pukul 10.00 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2020 di New York Mercantile Exchange berada pada level US$ 64,31 per barel atau naik 1,99% dari pekan lalu. Sedangkan harga minyak brent untuk pengiriman Maret 2020 di ICE Futures berada pada level US$ 70,21 atau naik 2,34%.

Baca Juga: IHSG turun lebih dari 1% di awal perdagangan Senin (6/1)

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, harga minyak dunia masih berpotensi menguat. Pasalnya tensi antara AS dan Iran semakin memanas. “Menyusul serangan AS di Irak, kondisi ketegangan di Timur Tengah semakin memburuk,” tutur Faisyal kepada Kontan.co.id, Senin (6/1).

Selain itu, kenaikan harga minyak akan diperkuat menyusul laporan dari Baker Hughes, Sabtu (4/1) yang menunjukkan aktivitas rig AS menurun. Jumlah rig pada hari Jumat pekan lalu mencapai 796 rig. Jumlah itu berkurang sembilan rig dari pekan sebelumnya.

Menurut Faisyal, penurunan jumlah rig tersebut dapat menopang harga minyak lebih jauh, mengingat rig merupakan indikator awal produksi minyak AS ke depan, sehingga cukup diperhatikan pelaku pasar.

Baca Juga: Harga emas menyentuh level tertinggi sejak awal April 2013

Senada dengan Faisyal, Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf menyebutkan, harga minyak akan terus berpotensi menguat tahun ini. Menurutnya jika konflik yang terjadi berkembang menjadi perang terbuka, pasokan terhadap minyak dunia dapat terganggu. “Kawasan Timur Tengah masih menjadi pemasok utama bagi pasar minyak global,” tutur Deddy.

Melansir dari Bloomberg, pemimpin Iran memberikan ancaman balik pada AS pasca-penyerangan di Baghdad. Pemimpin Iran mengancam menyerang markas militer AS di kawasan Timur Tengah. "Jika konflik terus berlanjut harga minyak bukan tidak mungkin akan terus meningkat," tandas Deddy.

Deddy memprediksi harga minyak WTI akan menyentuh level US$ 70 per barel. Sedangkan Faisyal memprediksi harga minyak WTI di level US$ 70 per barel hingga US$ 80 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×