kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.692.000   8.000   0,48%
  • USD/IDR 16.391   11,00   0,07%
  • IDX 6.576   -69,46   -1,05%
  • KOMPAS100 977   -12,60   -1,27%
  • LQ45 766   -10,10   -1,30%
  • ISSI 201   -1,92   -0,95%
  • IDX30 397   -4,51   -1,12%
  • IDXHIDIV20 478   -4,72   -0,98%
  • IDX80 111   -1,42   -1,26%
  • IDXV30 116   -0,82   -0,70%
  • IDXQ30 131   -1,63   -1,23%

Harga minyak mencoba bangkit


Senin, 23 Mei 2016 / 08:35 WIB
Harga minyak mencoba bangkit


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Laporan rig pengeboran minyak di Amerika Serikat yang stagnan dan penguatan dollar AS, menjadi beban bagi harga minyak West Texas Intermediate (WTI). Koreksi bisa berlanjut, meski dalam rentang sempit.

Mengutip Bloomberg, Jumat (20/5) kontrak harga minyak WTI pengiriman Juli 2016 di New York Merchantile Exchange terpuruk 0,53% ke US$ 48,41 per barel.

Analis PT Finex Berjangka Nanang Wahyudin menjelaskan, laporan Baker Hughes pada Jumat (20/5) malam mengenai rig pengeboran minyak AS yang stagnan, menjadi katalis negatif pergerakan harga minyak ke depan.

Posisi minyak yang stagnan ini adalah yang pertama setelah sembilan pekan terakhir selalu turun. Sebenarnya data tersebut masih tergolong aman. Sejak awal tahun 2016, penambahan rig aktif di Negeri Paman Sam hanya satu.

Bahkan sejak awal tahun, jumlah pengurangan rig aktif mencapai 218 rig. “Sejalan dengan laporan produksi AS yang memang menyusut,” kata Nanang.

Pekan lalu, Energy Information Administration (EIA) melaporkan, produksi minyak AS turun menjadi 8,79 juta barel. Itu penurunan beruntun dalam sepuluh pekan terakhir dan menjadi yang terendah sejak September 2014.

Nizar Hilmy, Analis Soegee Future, menambahkan, selain AS, sebenarnya penurunan juga terjadi di Kanada dan Venezuela. Per akhir pekan lalu saja, produksi minyak di Kanada hanya sebanyak 1,4 juta barel per hari.

Padahal sebelumnya bisa capai 2,2 juta barel per hari. Sementara produksi minyak di Venezuela pada kuartal I-2016 lalu hanya 2,53 juta barel per hari.

"Ada penurunan 7% dari kuartal sebelumnya," jelas Nizar.

Ini terjadi karena adanya defisit dana yang dialami produsen minyak. Negatif mengintip Walaupun ditopang beragam sentimen positif, tapi katalis negatif tetap mengintip.

Selain keperkasaan dollar AS, ada pula hasil laporan Norwegian Petroleum Directorate mengenai produksi Norwegia di April 2016, yang naik menjadi 1,625 juta barel per hari. Norwegia adalah produsen terbesar kedua minyak Eropa setelah Rusia.

Sentimen negatif lain datang dari Menteri Energi Rusia Alexander Novak yang meramal, harga minyak tahun ini hanya bergerak di rentang US$ 40-US$ 50 per barel dengan surplus produksi global 1,5 juta barel per hari.

“Jadi penentuan dari hasil pertemuan OPEC, walau sekarang pergerakan harga minyak sudah lebih stabil dan positif,” tegas Nizar.

Sekarang harga minyak mengejar level US$ 50 per barel dan belum bisa naik lebih tajam dari itu. Dari sisi teknikal harian, menurut Nizar, harga saat ini bergerak di atas MA 10 dan 25 yang mendukung peluang kenaikan harga. Garis MACD di area positif 1,8 berpola uptrend.

Begitu juga RSI level 68% yang terus mengajak naik. Tapi stochastic level 88% masuk area overbought dan menbuka peluang koreksi. Maka Nizar menduga harga minyak WTI pada Senin (23/5) bisa rebound tipis di antara US$ 47-US$ 50 per barel.

Sementara Nanang memproyeksikan, dalam sepekan harga minyak ada di US$ 50 sampai US$ 53 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×