Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia, Rabu (24/10) masih di berputar di kisaran harga terendah dua bulan, setelah kemarin ditutup dengan penurunan hampir 5%. Pernyataan Arab Saudi memproduksi lebih banyak untuk mengatasi gangguan pasokan setelah sanksi terhadap Iran berlaku bulan depan menjadi penyebab jeblosnya harga minyak.
Harga minyak jenis Brent Rabu pukul 9:40 untuk perdagangan Desember, menguat tipis 0,2% ke harga US$ 76,65 per barel.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat tipis 5 sen ke US$ 66,48 per barel.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak Brent meluncur 4,25% sementara WTI kehilangan 4%.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih dalam konferensi di Riyadh, Selasa, mengatakan, Saudi akan bertindak memenuhi pasokan untuk menjaga kepuasan pelanggan, terkait sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran yang berlaku 4 November mendatang.
Mengutip Forbes, Iran mengekspor setidaknya 2 juta barel per hari, jika melihat data September. Sanksi dari Amerika Serikat yang akan melarang negara dan korporasi memutus pembelian minyak dari Iran, diperkirakan akan mengurangi pasokan minyak global yang beredar.
"Harga minyak turun secara substansial, seiring adanya jaminan dari Saudi untuk memasok lebih banyak ke pasar global," tulis Rivkin Securities di Australia, seperti dikutip dari Reuters.
Menteri Energi Khalid juga di awal pekan menegaskan, Saudi tetap menggunakan minyak sebagai alat ekonomi dan mengisolasi dari politik. Hal ini menjawab kekhawatiran publik bahwa Saudi akan memangkas pasokan global ketika terdesak dalam kasus pembunuhan jurnalis Saudi berkebangsaan AS, Jamal Khashoggi.
Saat ini, cadangan pasokan minyak AS pun tetap berlimpah. Menurut data lembaga independen American Petroleum Institute, cadangan minyak AS naik 9,9 juta barel dalam sepekan hingga 19 Oktober menjadi 418,4 juta. AS akan mengumumkan data resminya pada hari ini.
Morgan Stanley melihat, berbagai kondisi pasar mengarahkan harga minyak pada pelemahan. Tapi, bank investasi asal AS ini masih memperkirakan, harga Brent bisa mencapai US$ 85 per barel, seiring dengan sanksi Iran yang bisa mengangkat harga minyak hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News