Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak merosot pada hari ini setelah jatuh ke level terendah tiga minggu pada perdagangan kemarin. Penguatan nilai tukar dolar AS, prospek makroekonomi global yang semakin suram, dan sinyal pasokan yang beragam menjadi pemberat harga minyak.
Rabu (4/10) pukul 19.12 WIB, harga minyak Brent berjangka merayap turun 56 sen menjadi US$ 90,15 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 42 sen menjadi US$ 88,4 per barel. Di awal perdangan hari ini, harga minyak sempat turun lebih dari 1%.
"Harga minyak mentah (Brent) turun menjadi (sekitar) US$ 90 per barel karena kenaikan imbal hasil AS dan penguatan dolar AS mendominasi sentimen pasar," kata analis ANZ dalam catatan yang dikutip Reuters.
ANZ menyebut, suku bunga yang lebih tinggi berarti penyimpanan persediaan yang mahal meskipun pasokan minyak masih terbatas. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya persediaan minyak dan meningkatkan ketersediaan spot.
Baca Juga: Harga BBM Non Subsidi Naik, Perusahaan Jasa Pengiriman Akan Sesuaikan Tarif
Dolar AS menguat ke level tertinggi dalam 10 bulan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya setelah pemerintah AS menghindari penutupan sebagian. Data ekonomi memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, atau bahkan menaikkannya lagi.
Suku bunga yang lebih tinggi dan dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga dapat mengurangi permintaan.
Sementara itu, pengumuman Menteri Energi Turki bahwa negaranya akan memulai kembali operasi pipa dari Irak pada minggu ini yang telah ditangguhkan selama sekitar enam bulan semakin membebani harga.
“Secara teori, berdasarkan ketentuan kesepakatan OPEC+, produksi (di luar Dewan Kerja Sama Teluk) akan tetap datar selama kuartal keempat. Namun, kepatuhan Irak agak tidak stabil di masa lalu dan tingkat ekspor diperkirakan akan meningkat, dengan asumsi jalur pipa dilanjutkan kembali sesuai rencana," kata analis BMI Research.
Baca Juga: Kebutuhan Minyak Meningkat, Neraca Perdagangan Diperkirakan Defisit di Akhir Tahun
Irak yang merupakan produsen terbesar kedua OPEC pada hari Selasa juga mengatakan akan memberikan 30 proyek minyak dan gas baru dalam putaran lisensi kelima + dan keenam.
OPEC+ diperkirakan akan mempertahankan kebijakan produksinya tidak berubah ketika bertemu pada hari Rabu, sehingga menjaga pasokan tetap terbatas.
Craig Erlam, analis OANDA memperkirakan, ada unsur aksi ambil untung menjelang pertemuan OPEC+ setelah reli yang kuat sejak pertengahan Agustus. Alasan lain adalah kekhawatiran ekonomi sedang membebani.
"Pertanyaannya sekarang adalah apakah...pergeseran selera risiko baru-baru ini akan mempengaruhi hasil pertemuan tersebut," kata Erlam.
Arab Saudi diperkirakan akan menaikkan harga jual resmi minyak mentah Arab Light ke Asia pada bulan November untuk bulan kelima berturut-turut, menurut survei Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News