Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun keputusan The Fed mengenai suku bunga dovish, harga minyak dunia tak mampu menguat di perdagangan hari ini. Namun analis menilai pelemahan harga minyak hanya karena aksi profit taking saja.
Mengutip Bloomberg, pukul 18.00 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) kembali melemah di level US$ 59,88 per barel, turun 0,58% dari harga kemarin di level US$ 60,23 per barel. Namun, dalam sepekan harga minyak masih naik 1,64%.
Menurut Analis Monex Investindo Futures Dwi Aviono Pamudji, penguatan tajam harga minyak tadi malam dan beberapa hari berpotensi memicu aksi ambil untung pelaku pasar. "Pelemahan karena ada aksi profit taking ke area US$ 59,50 per barel. Dan selama harga konsisten bergerak di bawah US$ 60,30, atau rentang harga potensial di sesi Asia berkisar di rentang US$ 59,50-US$ 60,65 per barel itu masih wajar," ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).
Dia menambahkan pelemahan harga minyak dunia bisa disebabkan perlambatan ekonomi yang bisa menurunkan permintaan minyak mentah.
Namun secara teknikal, Dwi menganggap bahwa harga minyak dunia masih dalam tren menguat.
Dwi melihat bahwa harga minyak bisa menguat kembali. Karena dari segi teknikal, MACD naik di area 12,25, dan stochastic juga naik di area 87,79. Untuk besok, dia memproyeksikan harga minyak berkisar US$ 54,78 per barel-US$ 64,09 per barel.
Sementara sepekan diproyeksikan bergerak di kisaran US$ 59,40 per barel-US$ 64.09 per barel. Dia pun merekomendasikan buy on rally.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News