Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah terbebani oleh masih melonjaknya persediaan minyak di Amerika Serikat (AS) di tengah kembali khawatirnya para pelaku pasar terhadap outlook perlambatan ekonomi global, harga minyak tampaknya masih bergerak konsolidasi.
Mengutip Bloomberg, Selasa (28/5) pukul 20.07 WIB harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 59,10 per barel, naik 0,80% dibanding harga kemarin.
Analis Monex Investindo, Dini Nurhadi Yasyi mengatakan kembali memanasnya hubungan dagang AS-China menjadi salah satu alasan khawatirnya para pelaku pasar minyak terhadap prospek pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, kondisi mengetatnya persediaan minyak karena ketegangan geopolitik antara AS-Iran, bahkan sempat turut menyeret Arab Saudi. ”Ini berpotensi mengangkat harga minyak. Belum lagi krisis di Venezuela sebagai salah satu negara produsen minyak,” kata Dini.
Lebih lanjut ia menerangkan di tengah penantian terhadap outlook hubungan dagang AS-China, tampaknya sentimen yang akan menjadi penggerak harga minyak adalah pengaruh dari ketegangan geopolitik AS-Iran. Pasalnya, pengetatan persediaan minyak juga masih berjalan seiring dengan program pemangkasan dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Dia bilang dalam analisisnya, Selasa (28/5) harga minyak berpeluang menguat, tapi perlu tembus konsisten ke level US$ 59,55 per barel, sebelum mengincar US$ 60,00 per barel. Sedangkan level support terdekat di level US$ 58,60 per barel.
Dini meramal dalam perdagangan selanjutnya harga minyak akan berada di kisaran support US$ 58,60 - US$ 58,00 - US$ 57,30 per barel. Sementara level resistance antara US$ 59,55 - US$ 60,00 - US$ 60,50 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News