kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Harga CPO masih bisa naik seiring mandat biodiesel


Selasa, 28 Mei 2019 / 19:59 WIB
Harga CPO masih bisa naik seiring mandat biodiesel


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit perlahan mulai membaik. Perbaikan harga CPO ini seiring dengan mandat penambahan CPO dalam biodiesel.

Mengutip Bloomberg, harga CPO kontrak pengiriman Juni 2019 di Malaysia Derivative Exchange pada Jumat (29/3) pukul 17.37 WIB berada di level RM 2.010 per metrik ton. Angka ini naik 1,15% dari harga CPO hari sebelumnya.

Sejak awal Ramadan, harga minyak sawit telah menguat 7,08%. Malaysia sebagai eksportir minyak sawit berencana untuk meningkatkan B10 menjadi B20 di tahun depan. Sejalan, Indonesia juga sempat berencana meningkatkan B20 dengan persentase yang belum ditentukan.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, langkah tersebut dapat memperbaiki harga CPO ke depan di tengah kampanye hitam minyak sawit oleh Uni Eropa. “Kampanye ini berdampak luas karena Uni Eropa terdiri dari 28 negara, membuat spekulan gelisah dalam pasar CPO,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (28/5).

Ia menambahkan Uni Eropa memiliki minyak olahan lain seperti minyak babi dan minyak bunga-bungan. Jika CPO mengguyur di Benua Biru, harga minyak produksi Eropa perlahan akan ditinggalkan. Namun, ia menegaskan Indonesia dan Malaysia sesungguhnya tidak kehilangan pasar, sebab China, Jepang, dan India tercatat masih menjadi langgan ekspor minyak sawit.

Di sisi lain, tak dipungkiri perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang masih berlanjut mengguncang harga komoditas, termasuk minyak sawit. Salah satu kesepakatan yang direncanakan adalah kenaikan impor minyak kedelai AS yang sampai dua kali lipat.

Akan tetapi, China akan membalasnya dengan biaya impor minyak kedelai yang bisa sampai 25%. Ibrahim mencermati dengan kondisi dagang seperti ini, ada kemungkinan jika ke depan China tidak sanggup, maka jatah impor minyak olahan akan dialihkan ke minyak sawit.

Bila skenario berjalan mulus, alhasil harga CPO masih bisa menguat lagi. Di samping itu, Ibrahim menambahkan kenaikan harga CPO saat ini juga dipengaruhi oleh permintaan CPO yang naik saat bulan Ramadhan.

Ibrahim meramal harga minyak sawit dalam perdagangan, Rabu (29/5) bakal berada di kisaran RM 2.015-RM 2.035 per metrik ton. Selanjutnya dalam sepekan diprediksi berada di level RM 2.000-RM 2.050 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×