Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih menguat di tengah kerusuhan geopolitik. Selasa (1/3) pukul 7.00 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,16% ke US$ 95,87 per barel.
Harga minyak melonjak sejak kemarin karena sekutu Barat memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia dan memblokir beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran global. Alhasil ada potensi gangguan parah pada ekspor minyak Rusia.
"Pasar minyak global yang ketat bisa menjadi lebih ketat setelah invasi Rusia minggu lalu ke Ukraina," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois kepada Reuters.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dipertimbangkan pada Maret 2022
Rusia menghadapi gangguan parah pada ekspor semua komoditas mulai dari minyak hingga biji-bijian setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi keras terhadap Moskow dan memutus beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT. "Rusia dapat membalas tindakan keras ini dengan mengurangi atau bahkan sepenuhnya menangguhkan pengiriman energi ke Eropa," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga Brent satu bulan menjadi US$ 115 per barel dari US$ 95 sebelumnya. Pada perdagangan kemarin, harga minyak Brent kontrak Mei 2022 di ICE Futures ditutup pada US$ 97,97 per barel.
"Kami memperkirakan harga komoditas yang menjadi produksi utama Rusia akan reli dari sini, termasuk minyak," kata Goldman.
Baca Juga: Wall Street Tertekan di Perdagangan Terakhir Februari
Presiden Vladimir Putin menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada hari Minggu. Pasukan Rusia merebut dua kota kecil di tenggara Ukraina, kata kantor berita Interfax, tetapi mendapat perlawanan keras di tempat lain.
Seorang penasihat presiden Ukraina mengatakan, pembicaraan antara Ukraina dan Rusia telah dimulai di perbatasan Belarusia. Pembicaraan ini bertujuan untuk menyetujui gencatan senjata segera.
"Jika ada kemajuan dalam pertemuan ini, kita akan melihat pembalikan tajam di pasar - kita akan melihat saham naik, dolar naik, dan minyak turun," kata analis OANDA Jeffrey Halley.
Baca Juga: Saham Sektor Migas Tersulut Konflik Rusia dan Ukraina
Perusahaan minyak utama Inggris BP Plc memutuskan untuk keluar dari investasi minyak dan gas Rusia. Langkah ini membuka front baru dalam kampanye Barat untuk mengisolasi ekonomi Rusia. BP adalah investor asing terbesar Rusia.
Para analis mengatakan, sanksi dan eksodus perusahaan minyak Barat dapat berdampak pada produksi minyak Rusia dalam waktu dekat.
Harga minyak berada di bawah tekanan setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa Amerika Serikat dan negara-negara konsumen minyak utama lainnya sedang mempertimbangkan untuk melepaskan 70 juta barel minyak dari cadangan darurat mereka.
Baca Juga: Pemerintah Masih Memonitor Dampak Konflik Rusia-Ukraina terhadap Inflasi
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada hari Rabu (2/3). Kelompok ini diperkirakan akan tetap pada rencana untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari (bph) pada bulan April.
Menjelang pertemuan, OPEC+ merevisi turun perkiraan surplus pasar minyak untuk 2022 sekitar 200.000 barel per hari menjadi 1,1 juta barel per hari, menggarisbawahi ketatnya pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News