kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Masih Dalam Tren Bearish Hingga Kuartal Pertama 2023


Senin, 21 November 2022 / 21:02 WIB
Harga Minyak Masih Dalam Tren Bearish Hingga Kuartal Pertama 2023
ILUSTRASI. Penurunan harga minyak disebabkan oleh pelemahan ekonomi negara-negara besar dunia.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga minyak diramal masih akan bearish hingga kuartal pertama 2023. Penurunan harga minyak disebabkan oleh pelemahan ekonomi negara-negara besar dunia.

Hari ini, Senin (21/11) sore, harga minyak dunia turun ke level terendah dalam dua bulan terakhir. Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka untuk Januari 2023 telah turun 0,7% menjadi US$ 86,97 per barel..

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat kontrak Desember 2022 berada di US$ 79,71 per barel, turun 0,5%, menjelang berakhirnya kontrak pada hari Senin. Kontrak Januari yang lebih aktif turun 0,6% menjadi US$ 79,61 per barel. 

Kedua benchmark itu ditutup di level terendah sejak 27 September. Harga minyak memperpanjang penurunan untuk minggu kedua. Harga minyak Brent turun 9% dan WTI 10% lebih rendah pada Jumat (18/11).

Baca Juga: Jaga Daya Beli Masyarakat, Ini Saran Ekonom ke Pemerintah

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga minyak mentah turun tajam di tengah tanda-tanda pelemahan permintaan minyak global. Hal itu menyusul perlambatan ekonomi global akibat tingginya suku bunga dan komentar hawkish pejabat The Fed belakangan ini. 

Di sisi lain, harga minyak tertekan karena gangguan pipa minyak Texas selama sebulan menyebabkan persediaan cadangan. 

Namun, kekhawatiran permintaan energi China masih menjadi faktor bearish utama untuk harga minyak mentah setelah China melaporkan 23.132 infeksi Covid baru pada hari Rabu (16/11).

"Harga minyak tergantung situasi pemulihan Covid di China. Produktivitas yang berkurang di musim dingin pun masih dapat membebani harga minyak," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (21/11).

Baca Juga: Harga Minyak Turun ke Level Terendah dalam 2 Bulan, Imbas Pelemahan Ekonomi China

Menurut Sutopo, harga minyak dunia dapat bertahan di kisaran US$ 85,3 per barel hingga akhir tahun. Tren harga minyak ini diperkirakan belum akan membaik dalam waktu dekat.

Sentimen yang bakal mempengaruhi adalah upaya negara anggota G-7 yang ingin menerapkan embargo batas harga terhadap Rusia mulai 5 Desember 2022. Dengan demikian, langkah tersebut diharapkan bisa mengurangi jumlah pendapatan yang diperoleh Rusia dari penjualan minyak untuk mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk invasi ke Ukraina.

"Secara keseluruhan, harga minyak bakal cenderung berfluktuasi di rentang US$ 75-85 per barel. Kemungkinan harga baru akan positif pada kuartal kedua tahun depan," imbuh Sutopo.

Baca Juga: Belanja Masyarakat Meningkat, Ekonom: Daya Beli Masih Solid

Kendati permintaan menurun, namun pasokan minyak dijamin tetap tersedia. Hal ini tercermin dari produksi minyak mentah OPEC pada Oktober naik 30.000 barel per hari (bph) ke level tertinggi 2,5 tahun di 29,98 juta bph.

Bahkan, OPEC pada tanggal 5 Oktober telah setuju untuk memangkas produksi kolektifnya sebesar 2,0 juta bph untuk November dan Desember. Ini menjadi pemotongan yang lebih besar dari ekspektasi 1,0 juta bph.

Laporan International Energy Agency (IEA) hari Rabu (16/11) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat pada 11 November menurun 4,3% di bawah rata-rata musiman 5 tahun. Produksi minyak mentah AS dalam pekan yang berakhir 11 November di 12,1 juta bph hanya turun 1,0 juta bph. Masih sedikit di bawah rekor tertinggi Februari 2020 sebesar 13,1 juta bph.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×