Reporter: Dina Farisah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga minyak mentah kembali jatuh ke level di bawah US$ 45 per barel. Harga karam, setelah produksi dan stok minyak Amerika Serikat (AS) melesat. Sedangkan dollar AS mencapai rekor tertinggi.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (13/3), harga minyak kontrak pengiriman April 2015 di New York Mercantile Exchange di level US$ 44,85 per barel turun 4,7% dibandingkan hari sebelumnya. Ini merupakan level terendah, setidaknya sejak akhir Januari 2015. Sepekan terakhir, harga minyak anjlok 9,6%.
Penurunan harga minyak turut menekan indeks komoditas atau Bloomberg Commodity Index ke level terendah dalam 12 tahun. Per 6 Maret 2015, stok minyak mentah AS mencapai 448,9 juta barel.
Menurut catatan Energy Information Administration (EIA), ini merupakan cadangan tertinggi sejak Agustus 1982. Stok minyak di Cushing, Oklahoma juga naik 2,32 juta barel menjadi 51,5 juta pekan lalu atau level tertinggi sejak Januari 2013. Lalu, produksi minyak AS mencapai 9,37 juta barel per hari menjadi level tertinggi sejak 1983.
Sementara indeks dollar AS yang mencapai level tertinggi sejak tahun 2008, juga mengurangi daya tarik investasi komoditas. Tonny Mariano, analis PT Esandar Arthamas Berjangka, mengatakan, terjun bebasnya harga minyak akibat empat faktor utama.
Pertama, belum ada kesepakatan antara negara eksportir minyak untuk menetapkan kuota produksi. Kedua, persediaan minyak AS mencapai rekor. Ketiga, kegaduhan politik di Libia dan Timur Tengah tak mampu menopang harga minyak. Keempat, penguatan dollar AS. Indeks dollar AS pada Jumat (13/3) bertengger di level 100,32 atau naik 1,2% dalam sehari.
Masih bearish
Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menilai, harga minyak belum dapat keluar dari zona penurunan (bearish). Menurutnya, pertemuan pejabat Bank Sentral AS (The Federal Reserve) pada Kamis (19/3) dini hari memberikan ekspektasi kenaikan suku bunga semakin dekat. Dollar AS akan semakin kokoh dan menggempur harga minyak. “Harga minyak cenderung akan turun sepekan ke depan,” ujar Agus.
Secara teknikal, Tonny melihat harga minyak tengah bergerak, di bawah moving average 50, 100 dan 200. MACD berada di area negatif. Stochastic sudah memasuki area jenuh jual atau oversold di level 9%.
Indikator RSI juga hampir memasuki area jenuh jual di level 30%. Tonny memprediksi, harga minyak sepekan mendatang berada di US$ 44-US$ 54 per barel. Sementara Agus menduga, harga minyak bakal bergerak di antara US$ 43,5-US$ 51,6 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News