kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   12,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Harga Minyak Malah Tertekan Saat Tensi Timur Tengah Memanas, Ini Pemicunya


Minggu, 20 Oktober 2024 / 19:40 WIB
Harga Minyak Malah Tertekan Saat Tensi Timur Tengah Memanas, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Sebuah dongkrak pompa oli hasil cetak 3D ditempatkan pada uang kertas dolar dalam gambar ilustrasi ini, 14 April 2020.


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Harga minyak mengalami tren penurunan akhir-akhir ini, padahal tensi geopolitik di Timur Tengah kian memanas. 

Berdasarkan Trading Economics, Minggu (20/10), pukul 18.42 WIB harga minyak WTI turun 2,5% dalam sehari ke level US$ 69,220 per barel. Bahkan dalam sepekan terakhir minyak WTI turun 8,39%.

Pengamat Pasar Komoditas dan Founder Traderindo.com. Wahyu Tribowo Laksono mengatakan bahwa tensi geopolitik Timur Tengah belum signifikan sehingga belum mampu mengangkat harga minyak. 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Tertekan di Tengah Konflik Timur Tengah, Ini Penyebabnya

"Pasar masih berpikir rasional bahwa perang besar akan sangat dihindari. Pun isu Iran-Israel hanya konflik regional terbatas," ucapnya kepada KONTAN, Minggu (20/10). 

Wahyu justru melihat pelemahan Harga minyak lebih disebabkan kekecewaan pasar terhadap rencana stimulus China yang kurang detail. 

Ditambah lagi dengan perlambatan inflasi di China yang turun lebih tajam dari perkiraan, mengindikasikan permintaan yang terus melemah pada September. 

Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong, mengatakan pernyataan Israel yang menyebut tidak akan menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran mengindikasikan tidak akan ada gangguan pada produksi. 

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Penurunan Mingguan Lebih dari 7% Akibat Prospek Suram China

Selain itu, permintaan global yang melemah, terutama dari China, juga turut menekan harga. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga sudah merevisi proyeksi permintaan minyak, dengan penurunan terbesar berasal dari China.

"Permintaan yang lemah. Revisi OPEC memang sebagian besar dari China, dari 100 ribu barel per hari (bph), 70.000 penurunannya disumbangkan China," kata Lukman kepada KONTAN, Jumat (18/10).

Ke depannya, Lukman memproyeksi apabila situasi Timur Tengah tidak menggangu produksi dan pasokan maka minyak akan turun ke US$ 60 per barel, bahkan berpotensi menuju US$ 50 perbarel. Namun jika situasi Timur Tengah menganggu pasokan, maka harga minyak berpotensi naik ke US$ 80 hingga US$ 100 per barel. 

Baca Juga: Cegah Lonjakan Harga, Perlu Strategi Efektif Tetapkan Tarif Angkutan Batubara

Sedangkan Wahyu skeptis harga minyak bisa mencapai US$ 100 per barel. Ia melihat ada peluang harga minyak turun ke bawah US$ 70 per barel. Namun untuk akhir tahun menitnya harga minyak masih sanggup di US$ 80 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×