kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.866   77,00   0,48%
  • IDX 7.155   -6,71   -0,09%
  • KOMPAS100 1.095   0,25   0,02%
  • LQ45 869   -2,59   -0,30%
  • ISSI 217   0,74   0,34%
  • IDX30 444   -2,27   -0,51%
  • IDXHIDIV20 536   -3,79   -0,70%
  • IDX80 126   0,03   0,03%
  • IDXV30 135   -0,70   -0,51%
  • IDXQ30 148   -1,02   -0,69%

Harga Minyak Tersengat Memanasnya Tensi di Timur Tengah


Kamis, 01 Agustus 2024 / 11:11 WIB
Harga Minyak Tersengat Memanasnya Tensi di Timur Tengah
ILUSTRASI. harga minyak mentah kompak lanjut melemah setelah tensi di Timur Tengah memanas


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak diprediksi mengalami pembalikan yang signifikan. Situasi geopolitik yang memanas dan persediaan minyak yang menurun di Amerika Serikat (AS) menjadi pendorongnya.

Berdasarkan Trading Economics, harga minyak dunia menguat dalam 24 jam terakhir. Pada Kamis (1/8) pukul 10.26 WIB, minyak WTI menguat 0,65% ke US$ 78,41 per barel dan minyak Brent naik 0,58% ke US$ 81,19 per barel.

Analis Dupoin Indonesia, Andrew Fischer mengatakan bahwa harga minyak berada dalam arah tren naik yang kuat. Ia memperkirakan harganya akan terus mengalami kenaikan dalam waktu dekat.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kenaikan harga minyak adalah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Timur Tengah mungkin berada di ambang perang regional.

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat Tersengat Risiko Meluasnya Konflik Timur Tengah

"Ketegangan ini meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak, yang pada gilirannya mendorong harga minyak naik," tulisnya dalam riset, Kamis (1/8).

Selain faktor geopolitik, persediaan minyak di AS memainkan peran penting dalam tren harga minyak. Data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di AS turun sebesar 3,4 juta barel minggu lalu, sementara persediaan bensin turun sebesar 3,7 juta barel.

Penurunan ini menandakan permintaan yang tinggi, yang berkontribusi pada kenaikan harga minyak. Fischer mencatat bahwa penurunan persediaan minyak ini memberikan indikasi positif bagi pasar minyak global, karena menunjukkan adanya permintaan yang kuat.

Lebih lanjut, ia mengaitkan kenaikan harga minyak dengan melemahnya nilai mata uang dolar AS. Nilai tukar AS yang lebih rendah membuat minyak menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan global.

"Ada peluang kenaikan harga lebih lanjut jika nilai dolar AS terus menurun," katanya.

Secara teknikal, candlestick menunjukkan pola pembalikan yang bullish, sementara analisa trendline menunjukkan bahwa harga minyak berada dalam tren naik yang stabil. Kombinasi kedua analisis teknis ini memberikan keyakinan tambahan bahwa harga minyak akan terus naik dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×