kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Lanjutkan Reli dan Ditutup Dekat Level Tertinggi Sejak 2014


Kamis, 20 Januari 2022 / 06:08 WIB
Harga Minyak Lanjutkan Reli dan Ditutup Dekat Level Tertinggi Sejak 2014
ILUSTRASI. Harga minyak mentah terus menguat dan mengincar level US$ 90 per barel


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup menguat setelah terjadi kebakaran pada pipa minyak yang membuat Turki menghentikan sementara aliran minyak dari Irak. Hal tersebut akhirnya meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pasokan jangka pendek yang sudah ketat.

Rabu (19/1), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2022 ditutup naik 93 sen atau 1,1% ke US$ 88,44 per barel. Sebelumnya, harga Brent sempat menyentuh level US$ 89,13 per barel yang merupakan level tertinggi sejak 13 Oktober 2014.

Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2022 ditutup naik US$ 1,53 menjadi US$ 86,96 per barel, level tertinggi sejak 9 Oktober 2014.

Saat ini, aliran minyak telah kembali dibuka pada pipa Kirkuk-Ceyhan, yang membawa minyak mentah dari Irak utara, yang merupakan produsen terbesar kedua di OPEC, ke pelabuhan Ceyhan di Turki untuk ekspor.

Baca Juga: Makin Perkasa, Harga Minyak Tersengat Penutupan Sementara Pipa Minyak di Turki

Ledakan yang memicu kebakaran pada pipa di provinsi tenggara Turki itu disebabkan oleh tiang listrik yang jatuh, bukan serangan, kata seorang sumber keamanan senior yang dikutip Reuters.

Kekhawatiran pasokan meningkat minggu ini setelah kelompok Houthi Yaman menyerang Uni Emirat Arab, produsen terbesar ketiga OPEC, sementara Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, telah membangun kehadiran pasukan besar di dekat perbatasan Ukraina, memicu kekhawatiran invasi.

Namun, reli yang terus terjadi pada minyak ini juga memicu potensi koreksi dalam jangka pendek. "Jika harga berada di US$ 90 per barel dapat memicu beberapa aksi ambil untung dan sedikit menekan harga. Tapi kita secara realistis dapat melihat minyak dapat mencapai US$ 100 per barel segera," kata Craig Erlam, Senior Market Analyst OANDA.

Pejabat dan analis OPEC mengatakan bahwa reli minyak dapat berlanjut dalam beberapa bulan ke depan dan harga bisa mencapai US$ 100 per barel karena pulihnya permintaan meskipun ada penyebaran virus corona varian Omicron.

“Bagaimanapun jumlahnya, tampaknya persediaan global akan terus berkurang selama beberapa bulan lagi dengan pengetatan tersirat dalam keseimbangan yang menjaga bull ini tetap hidup sepanjang sisa bulan ini dan sebagian besar berikutnya,” kata Jim Ritterbusch, President Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.

OPEC+, yang mengelompokkan kartel dengan Rusia dan produsen lainnya, sedang berjuang untuk mencapai target peningkatan produksi bulanan mereka sebesar 400.000 barel per hari (bph).

"Pemadaman yang tidak direncanakan di Libya, Ekuador, dan Kazakhstan, ditambah dengan penurunan peringkat ke perkiraan minyak AS, Rusia, dan Brasil, bersama-sama menghasilkan pasokan 1 juta barel per hari lebih rendah bulan ini dari yang diperkirakan sebelumnya," jelas Senior Oil Markets Analyst Rystad Energy, Louise Dickson.

Baca Juga: Wall Street Lanjutkan Pelemahan, Nasdaq Kembali Pimpin Koreksi

International Energy Agency (IEA), bagaimanapun, mengatakan bahwa pasar minyak akan mengalami surplus pada kuartal pertama karena beberapa produsen akan memompa pada atau di atas tertinggi sepanjang masa.

Surplus minyak juga harus mengarah pada peningkatan persediaan, karena IEA melaporkan bahwa stok komersial di negara-negara OECD jauh di bawah tingkat pra-pandemi di sekitar posisi terendah tujuh tahun.

Pada hari Rabu, Presiden AS Joe Biden mengatakan pada konferensi pers bahwa dia akan bekerja untuk mencoba meningkatkan pasokan minyak.

Pemerintah mengizinkan pelepasan 50 juta barel minyak mentah dalam kombinasi pinjaman dan penjualan - dari Cadangan Minyak Strategis AS di tahun lalu ketika harga melonjak.

Di sisi lain, berdasarkan data American Petroleum Institute, stok minyak mentah dan bensin AS naik, sementara persediaan sulingan turun di minggu lalu.

Stok minyak mentah naik 1,4 juta barel untuk pekan yang berakhir 14 Januari. Persediaan bensin juga naik 3,5 juta barel sedangkan stok sulingan turun 1,2 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×