kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.535.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.136   65,00   0,40%
  • IDX 7.083   2,81   0,04%
  • KOMPAS100 1.051   -4,20   -0,40%
  • LQ45 820   -5,73   -0,69%
  • ISSI 213   0,28   0,13%
  • IDX30 420   -4,57   -1,08%
  • IDXHIDIV20 500   -6,00   -1,18%
  • IDX80 120   -0,46   -0,38%
  • IDXV30 125   0,31   0,25%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Harga Minyak Dunia Turun dari Level Tertinggi 3 Bulan Senin (6/1), Brent ke US$76,3


Senin, 06 Januari 2025 / 14:15 WIB
Harga Minyak Dunia Turun dari Level Tertinggi 3 Bulan Senin (6/1), Brent ke US$76,3
ILUSTRASI. Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Senin (6/1). Di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). REUTERS/Todd Korol


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Senin (6/1). Di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS), kekhawatiran terkait sanksi, serta menunggu data ekonomi utama dari The Fed dan laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pekan ini.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 21 sen, atau 0,3%, menjadi US$76,3 per barel pada pukul 04.45 GMT, setelah ditutup pada level tertinggi sejak 14 Oktober, Jumat lalu.

Sedangkan, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 19 sen, atau 0,3%, ke US$73,77 per barel setelah mencapai level tertinggi sejak 11 Oktober pada penutupan sebelumnya.

Harga minyak mencatat kenaikan lima sesi berturut-turut sebelumnya, didukung oleh harapan peningkatan permintaan akibat cuaca dingin di belahan bumi utara dan stimulus fiskal tambahan dari China untuk menghidupkan kembali ekonominya yang melemah.

Namun, penguatan dolar AS menjadi perhatian utama investor, tulis Priyanka Sachdeva, Analis Senior Pasar di Phillip Nova, dalam laporannya, Senin.

Dolar AS bertahan di dekat puncak dua tahunnya pada hari Senin. Penguatan dolar membuat komoditas yang dihargai dalam mata uang ini menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain, sehingga menekan permintaan minyak.

Investor juga menantikan berita ekonomi yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek kebijakan suku bunga The Fed dan konsumsi energi.

Risalah pertemuan terakhir The Fed akan dirilis pada Rabu (8/1). Sementara laporan ketenagakerjaan Desember dijadwalkan pada Jumat.

Selain itu, sentimen pasar tertekan oleh gangguan pasokan minyak Iran dan Rusia seiring peningkatan sanksi dari negara-negara Barat.

Pemerintahan Biden berencana untuk memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia atas perang di Ukraina, dengan menargetkan pendapatan minyaknya melalui tindakan terhadap kapal tanker yang mengangkut minyak mentah Rusia, menurut dua sumber yang mengetahui masalah ini pada Minggu.

Goldman Sachs memperkirakan produksi dan ekspor Iran akan menurun pada kuartal kedua tahun ini akibat perubahan kebijakan dan sanksi yang lebih ketat dari pemerintahan Presiden AS terpilih Donald Trump.

Produksi Iran diperkirakan turun 300.000 barel per hari menjadi 3,25 juta barel per hari pada kuartal kedua.

Jumlah rig minyak AS, yang menjadi indikator produksi masa depan, turun satu menjadi 482 rig minggu lalu, menurut laporan mingguan dari perusahaan jasa energi Baker Hughes, Jumat lalu.

Meski demikian, pasar minyak global diperkirakan akan menghadapi surplus pasokan tahun ini.

Kenaikan pasokan non-OPEC diproyeksikan oleh para analis akan cukup untuk mengimbangi peningkatan permintaan global, terutama dengan kemungkinan peningkatan produksi minyak AS di bawah kepemimpinan Trump.

Selanjutnya: Window Dressing Tak Terjadi, Cermati Potensi January Effect dan Saham Jagoan Analis

Menarik Dibaca: 10 Minuman Sehat Penurun Gula Darah Tinggi yang Terbukti Efektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×