Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik tipsi pada hari Rabu (20/12). Para investor mengawasi situasi di Laut Merah di tengah serangan oleh militan Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran baru-baru ini.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 23 sen atau 0,3% pada US$79,46 per barel pada pukul 0730 GMT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 30 sen atau 0,4% menjadi US$74,24 per barel.
Harga minyak acuan naik lebih dari 1% pada hari Selasa (19/12) di tengah kegelisahan atas gangguan perdagangan global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, menyusul serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Baca Juga: Serangan di Laut Merah Bisa Bikin Harga Minyak Meroket
Washington pada hari Selasa membentuk sebuah gugus tugas untuk melindungi perdagangan Laut Merah karena serangan-serangan oleh militan Yaman yang memaksa perusahaan-perusahaan pelayaran besar untuk mengubah rutenya. Situasi yang memicu kekhawatiran akan gangguan berkelanjutan terhadap perdagangan global.
"Sejauh ini, misi angkatan laut yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi serangan Houthi telah gagal meredakan kekhawatiran yang luas tentang perjalanan yang aman melalui Laut Merah, dengan operator maritim utama masih memilih untuk menghindari di tengah ketegangan," kata Yeap Jun Rong, market strategist di IG.
Houthi bersumpah untuk menentang misi angkatan laut yang dipimpin AS dan terus menargetkan pengiriman Laut Merah untuk mendukung gerakan Hamas yang berkuasa di wilayah kantong Gaza, Palestina.
Sekitar 12% lalu lintas pelayaran dunia melewati Laut Merah dan melalui Terusan Suez. Namun, dampaknya terhadap suplai minyak sejauh ini masih terbatas, kata para analis.
Pasalnya sebagian besar minyak mentah Timur Tengah diekspor melalui Selat Hormuz.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Naik 1%, di Tengah Kekhawatiran Pengiriman di Laut Merah
Departemen Energi AS mengatakan, membeli 2,1 juta barel minyak mentah untuk pengiriman di bulan Februari.
Sehingga total pembelian menjadi sekitar 11 juta barel karena AS terus menambah Cadangan Minyak Bumi Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR) setelah penjualan terbesar dalam sejarah pada tahun lalu.
Persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS juga naik minggu lalu, sumber-sumber mengatakan, mengutip data dari American Petroleum Institute, berlawanan dengan ekspektasi analis akan penurunan stok minyak mentah dalam sebuah jajak pendapat Reuters.
Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) akan mempublikasikan data resmi stok AS pada pukul 10:30 pagi ET (1530 GMT) hari Rabu.
S&P Global Commodity Insights mengatakan bahwa ke depan, AS memproduksi lebih banyak minyak daripada negara mana, memimpin pertumbuhan pasokan non-OPEC+ yang akan lebih dari sekadar memenuhi permintaan global yang terus meningkat pada tahun 2024.
Baca Juga: Tiga Peristiwa Ini Akan Membayangi Prospek Ekonomi Indonesia pada 2024
S&P Global Commodity Insights menambahkan, total produksi cairan AS pada kuartal keempat mencapai 21,4 juta barel per hari (bph), dimana 13,3 juta bph merupakan minyak mentah dan kondensat.
"Amerika Serikat tidak hanya memproduksi lebih banyak minyak daripada negara manapun dalam sejarah, tetapi jumlah minyak (minyak mentah, produk sulingan, dan cairan gas alam) yang diekspornya mendekati total produksi Arab Saudi atau Rusia," kata Jim Burkhard, seorang wakil presiden di S&P Global dalam sebuah catatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News