kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga minyak dunia naik lebih dari 3% di tengah bayang-bayang kekhawatiran permintaan


Kamis, 10 September 2020 / 05:22 WIB
Harga minyak dunia naik lebih dari 3% di tengah bayang-bayang kekhawatiran permintaan
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Dust blows around a crude oil pump jack and flare burning excess gas at a drill pad in the Permian Basin in Loving County, Texas, U.S. November 25, 2019. Picture taken November 25, 2019. REUTERS/Angus Mordant/File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah bangkit dari penurunan pada sesi sebelumnya, Rabu (9/9). Meski demikian, bertambahnya kasus Covid-19 di beberapa negara merusak harapan akan pulihnya permintaan minyak secara global.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$ 1,01 atau 2,5% menjadi menetap di US$ 40,79 per barel. Harga minyak ini turun lebih dari 5% pada hari Selasa dan jatuh di bawah US$ 40 untuk pertama kalinya sejak Juni.

Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,29 atau 3,5% menjadi US$ 38,05 per barel. Setelah turun hampir 8% di sesi sebelumnya.

Asal tahu, penurunan harga minyak pekan ini dipicu langkah perusahaan minyak Arab Saudi Aramco yang memangkas harga jual resmi bulan Oktober untuk minyak ringan Arabnya. Kebijakan ini dilihat sebagai akan pelemahan permintaan.

Baca Juga: Harga komoditas energi diperkirakan rebound lagi

"Ketika produsen Timur Tengah yang kuat bersedia menjual dengan harga yang lebih rendah, wajar jika pasar global panik dan mengikutinya," kata Paola Rodriguez-Masiu, analis pasar minyak senior Rystad Energy.

Krisis kesehatan global terus berkobar dengan kasus virus korona yang meningkat di India, Inggris, Spanyol, dan beberapa bagian Amerika Serikat (AS). Wabah tersebut mengancam memperlambat pemulihan ekonomi global dan mengurangi permintaan bahan bakar dari gas penerbangan hingga diesel.

"Fundamental pasar minyak jangka pendek terlihat lemah: pemulihan permintaan rapuh, persediaan dan kapasitas cadangan tinggi, dan margin penyulingan rendah," kata Morgan Stanley.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×