Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia kembali mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir. Merujuk Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak pengiriman Januari berada di level US$ 49,10 pada Jumat (18/12). Level ini merupakan yang tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.
Secara umum, pergerakan saham-saham emiten perminyakan dan penunjangnya dalam satu bulan terakhir telah berhasil mengalami pertumbuhan dobel digit.
Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony mengungkapkan, pergerakan saham-saham emiten perminyakan memang berbanding lurus dengan harga minyak dunia.
“Dengan kenaikan harga minyak beberapa waktu terakhir pada akhirnya juga meningkatkan kinerja saham-saham di sektor perminyakan. Bahkan, tren positif emiten perminyakan ini akan berlanjut seiring dengan penguatan harga minyak yang diprediksi masih akan berlanjut di tahun 2021 seiring dengan perbaikan ekonomi,” kata Chris kepada Kontan.co.id, Jumat (18/12).
Baca Juga: Tren bullish IHSG masih berlanjut, ini rekomendasi saham hari ini (17/12)
Senada, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, perbaikan harga minyak akan menjadi katalis positif bagi kinerja emiten sektor perminyakan.
Terlebih lagi, pada tahun depan perkembangan vaksin Covid-19 akan memasuki tahap distribusi secara luas. Di sisi lain, penanganan juga dinilai akan lebih baik. Dua hal ini disebut Sukarno akan meningkatkan kembali aktivitas ekonomi.
Apalagi, pada tahun depan gelontoran stimulus bank sentral masih akan berlanjut sehingga membuat dolar Amerika Serikat (AS) masih berada dalam tekanan. Dengan melemahnya dolar AS, minyak dunia pun akan diuntungkan oleh kondisi tersebut.
Baca Juga: IHSG diramal lanjut menguat, cermati rekomendasi saham untuk Kamis (17/12)
“Secara Average Selling Price (ASP), (minyak dunia) akan lebih pada tahun depan seiring pabrik-pabrik yang mulai beroperasi, transportasi darat maupun udara yang kembali aktif akan memicu kenaikan permintaan. Hanya saja, kenaikan permintaan patut diperhatikan karena berpotensi meningkatkan pasokan secara berlebih yang berujung kembali menekan harga minyak,” tambah Sukarno.