kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Harga minyak dunia masih dalam tekanan


Minggu, 10 Maret 2019 / 23:44 WIB
Harga minyak dunia masih dalam tekanan


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia masih dalam tekanan. Melimpahnya pasokan masih jadi sentimen utamanya.

Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono mengatakan pelemahan harga minyak tak lepas dari persoalan produksi dan sanksi AS terhadap Iran.

Apalagi menurut Wahyu, harga minyak sempat menguat dari efek pengurangan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

"Produksi minyak mentah Arab Saudi pada Februari turun menjadi 10,136 juta barel per hari. Sanksi AS terhadap industri minyak anggota OPEC Iran dan Venezuela bisa mendukung harga minyak bangkit. Namun, produksi minyak mentah AS telah meningkat lebih dari 2 juta barel per hari sejak awal 2018 menjadi 12,1 juta barel per hari. Ini menjadikan Amerika sebagai produsen terbesar di dunia," sebut Wahyu kepada Kontan.co.id, Minggu (10/3).

Di samping persoalan produksi minyak AS, Harga minyak turun karena prospek ekonomi yang melemah. Wahyu menilai bahwa pertumbuhan pekerjaan yang mengecewakan di AS menghidupkan kembali kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global dan melemahnya permintaan untuk minyak.

Dia bilang data ekonomi yakni pertumbuhan pekerjaan A.S. hampir terhenti pada bulan Februari. Sebagai negara adidaya, Dia mencatat AS seharusnya mencatat hasil yang memuaskan untuk tingkat pertumbuhan pekerjaan. Tak hanya itu, data perekonomian di China juga tak membantu harga minyak.

"Ekspor China pada Februari turun 21% dari tahun sebelumnya. Data impor juga turun 5,2%. Kekhawatiran ini yang melambatkan permintaan minyak. Sejauh ini permintaan minyak telah bertahan, terutama di China. Di mana impor minyak mentah tetap di atas 10 juta barel per hari. Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada akhirnya dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan menekan harga," tandasnya.

Wahyu melihat bahwa harga minyak masih akan turun. Diperkirakan bergerak di level US$ 55.50 sampai US$ 56.50 per barel. Sementara sepekan bergerak di kisaran US$ 53.00 sampai US$ 59.00 per barel. Dia pun merekomendasikan sell in strength.

Asal tahu, mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (8/3), harga minyak West Texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 56.06 per barel. Angka ini turun 1,05% dari harga sebelumnya US$ 56.66 per barel. Sementara sepekan, harga naik 0,46%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×