kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan dan produksi tak seimbang, harga CPO masih akan loyo


Minggu, 10 Maret 2019 / 11:54 WIB
Permintaan dan produksi tak seimbang, harga CPO masih akan loyo


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih melanjutkan penurunan harga. Permintaan dan produksi yang tak seimbang hingga kelanjutan perang dagang membatasi pergerakan harga CPO di pasar.

Mengutip Bloomberg, Jumat (8/3) pukul 16.59 WIB, harga kontrak pengiriman Mei 2019 di Malaysia Derivative Exchange berada di level RM 2.126 per metrik ton. Angka ini turun 0,42% dari sehari sebelumnya yang ada di level RM 2.135 per metrik ton. Sementara dalam sepekan harga CPO melorot 2,87%.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim melihat, tren pelemahan harga CPO wajar terjadi. Hal ini karena permintaan dan produksi CPO tidak berjalan seiringan. Sekedar informasi, jumlah produksi CPO global diproyeksikan mencapai 72 juta ton, dengan Malaysia dan Indonesia sebagai produsen utamanya.

"Permintaan sedikit, sementara produksi tinggi di Indonesia dan Malaysia khususnya. Hal ini kurang lebih karena pelambatan ekonomi global," sebut Ibrahim kepada Kontan.co.id, Sabtu (9/3).

Tak hanya mengenai permintaan dan produksi, kampanye hitam juga turut menjadi alasan pelemahan harga CPO. Ibrahim menuturkan, kampanye hitam sangat berpengaruh akan penggunaan CPO di industri global. Sekedar informasi saja, kebijakan Eropa yang memberlakukan Indirect Land Use Change (ILUC) dinilai akan berdampak pada berkurangnya ekspor biodiesel.

Ibrahim mencatat, kampanye hitam Eropa yang mendiskriminasi produk CPO Indonesia telah menurunkan ekspor CPO ke Eropa sebesar 10%. Beberapa negara termasuk Indonesia dan Malaysia mulai memerangi kampanye hitam tersebut.

Ibrahim menambahkan, ketidakpastian penyelesaian perang dagang juga menjadi faktor pelemahan harga CPO. Faktor-faktor itulah yang membuat harga CPO kian lunglai di perdagangan.

Secara teknikal, moving average dan bollinger band berada 10% dibawah bollinger band bawah. Indikator MACD dan RSI 60% positif dan Stochastic 70% negatif.

Untuk besok, Ibrahim memperkirakan, harga CPO masih akan lemah. Yakni berkisar di level RM 2.100 sampai RM 2.135 per metrik ton. Sementara sepekan berkisar RM 2.030 sampai RM 2.160 per metrik ton. Dia pun merekomendasikan jual (sell).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×