Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan minyak global terganggu tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang berlarut. Berikut sentimen yang memengaruhi harga minyak bisa bergerak stabil dan lanjut menurun.
Mengutip Bloomberg, Rabu (7/8), harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange melemah 0,43% ke US$ 53,41 per barel. Dalam sepekan harga minyak melemah 8,83%.
Baca Juga: Harga minyak turun dalam tiga hari berturut-turut
Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, kini pasar waspada pada prospek permintaan minyak di tengah berlarutnya tensi perang dagang AS dan China.
Currency war yang terjadi akibat depresiasi yuan juga berdampak negatif pada permintaan aset imbal hasil yang lebih tinggi seperti minyak. "Belum lagi, penguatan dolar AS sangat berpengaruh sensitif pada harga minyak akhir-akhir ini," kata Sutopo, Rabu (7/8).
Sentimen utama yang akan memengaruhi harga minyak ke depan yang pertama persediaan minyak mentah AS. Sutopo mengatakan jika persediaan minyak mentah AS surplus maka harga minyak berpotensi turun ke harga US$ 50,55 sebagai support utama.
"Harga US$ 50,55 cukup bertahan dalam waktu dekat, mengingat jajaran Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) masih membatasi produksi minyak dengan maksud menjaga kestabilan harga di pasar," kata Sutopo.
Baca Juga: Semester I 2019, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia tumbuh 10%
Jika negara mitra penghasil minyak masih menaati keputusan dari pertemuan OPEC yang terakhir berkomitmen untuk tetap membatasi produksi minyak dunia, Sutopo memperkirakan harga minyak bisa terjaga di rentang US$ 50 per barel hingga US$ 75 per barel.
Arab Saudi berencana untuk mempertahankan produksi minyak mentah di bawah 10 juta per hari di Agustus 2019. Sementara, rata-rata ekspor di bawah 7 juta per hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari kelebihan stok.
Komitmen kuat dari anggota Deklarasi Kerja Sama (DoC) juga ditegaskan kembali saat pertemuan tingkat menteri OPEC non OPEC ke-6. Dalam pertemuan tersebut disepakati akan memperpanjang penyesuaian produksi sukarela untuk sembilan bulan tambahan hingga 31 Maret 2020.
Baca Juga: Harga minyak brent merosot 4% sejak awal pekan
"Jadi kemungkinan harga minyak tetap akan stabil," kata Sutopo.
Potensi harga minyak global untuk bergerak stabil juga didukung dari prediksi pertumbuhan global yang stabil di rentang 3%-3,2% di tahun ini. "Jadi sangat mungkin harga minyak stabil sampai akhir tahun walaupun banyak isu dari tensi perdagangan global," kata Sutopo.
Namun, jika harga minyak di penutupan Agustus sentuh level di bawah US$ 53 per barel, maka pintu penurunan harga minyak terbuka ke rentang US$ 46 per barel-US$ 48 per barel.
Sementara, Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan memproyeksikan harga minyak di akhir tahun bisa sentuh US$ 45 per barel jika sentimen perang dagang terus memanas.
Baca Juga: Mata uang China anjlok ke level terendah dalam satu dekade, siap perang mata uang?
Sementara itu, potensi harga minyak bisa naik karena terpengaruh Venezuela yang terus mendapatkan sanksi dari AS dan konflik di Timur Tengah yang berlanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News