Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (11/2). Ini mengakhiri rekor kenaikan beruntun yang sebelumnya dicetak minyak usai OPEC dan International Energy Agency (IEA) mengatakan penguncian baru dan munculnya varian virus corona baru mengurangi prospek pemulihan permintaan yang cepat.
Kamis (11/2), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 turun 33 sen atau 0,5% menjadi $ 61,14 per barel. Pada sesi perdagangan sebelumnya, Brent sentuh level tertinggi di US$ 61,47 per barel
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2021 melemah 44 sen atau 0,8% ke level US$ 58,24. Pada Rabu (10/2), WTI cetak rekor terbaiknya saat bertengger di US$ 58,68 per barel
Pelemahan ini menghentikan penguatan harga minyak acuan. Pada perdagangan Rabu (10/2), Brent naik untuk sesi kesembilan berturut-turut, menyamai rekor penguatan beruntun yang dicapai terakhir kali pada Januari 2019. Sedangkan, WTI menandai kenaikan delapan hari berturut-turut, juga rekor terpanjang sejak Januari 2019.
Kedua benchmark ditutup pada hari Rabu di level tertinggi sejak Januari 2020. Secara teknikal harga minyak tetap di wilayah overbought dengan relative strength index (RSI) lebih dari 70 untuk hari kedelapan berturut-turut pada hari Kamis.
"Harga minyak mentah terjadi sesaat setelah penembusan Februari membawa harga di atas level yang menurut beberapa analis tidak dapat disentuh sampai beberapa tahun ke depan," kata Edward Moya, analis pasar senior OANDA di New York.
Baca Juga: Harga emas spot ditutup anjlok ke US$ 1.825 per ons troi usai dolar AS rebound
Katalis yang melukai harga minyak datang setelah OPEC mengatakan, permintaan minyak dunia pada 2021 akan pulih lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Sementara itu, IEA menyebut, pasokan minyak global masih melebihi permintaan, tetapi vaksin Covid-19 akan membantu pemulihan permintaan.
"Pernyataan IEA berfungsi sebagai pengingat lain bahwa minyak belum keluar dari hutan dan terlalu dini untuk menilai terlalu tinggi ketika satu-satunya hal yang menjaga harga pada tingkat yang sehat adalah pemotongan pasokan buatan oleh OPEC dan sekutunya," kata Kepala pasar minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.
Harga minyak telah naik dalam beberapa pekan terakhir karena OPEC dan sekutunya di OPEC+ mengurangi produksi. Selain itu, Arab Saudi juga menjanjikan pemotongan sukarela tambahan selama bulan Februari dan Maret.
IEA bilang, penarikan stok cepat yang diharapkan pada paruh kedua tahun ini dapat mengatur panggung bagi OPEC+ untuk mulai melepaskan pembatasan pasokan.
Tekanan harga lebih lanjut datang dari peningkatan produksi minyak di Argentina dan perkiraan peningkatan pasokan dari Libya menyusul berakhirnya blokade di pelabuhan Hariga.
Perjuangan terus menerus yang disebabkan oleh varian virus corona yang muncul dan keraguan tentang efektivitas vaksin juga mengurangi sentimen. Seorang ilmuwan Inggris mengatakan varian virus corona yang ditemukan di daerah Kent kemungkinan dapat "menyapu dunia."
Selanjutnya: Wall Street bervariasi, S&P dan Nasdaq naik tipis di tengah peringatan Biden ke China
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News