Sumber: CNBC,Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
HONG KONG. Harga minyak dunia bertahan di dekat level tertinggi sembilan pekan. Pasar tertopang data penyerapan tenaga kerja Amerika Serikat yang cukup kuat, dan penurunan unit pengeboran di AS.
Mengup Bloomberg, Senin (7/8) pukul 11.50 WIB, harga minyak WTI pengiriman September bergulir di kisaran US$ 49,40 per barel dari penutupan pekan lalu di US$ 49,58 sebarel.
Minyak Brent untuk pengiriman Oktober turun 8 sen menjadi US$ 52,34 sebarel di ICE Futures Europe dari akhir pekan lalu di level US$ 52,42 per barel.
Harga minyak menguat mendekati level US$ 50 sebarel, level tertinggi sejak Mei 2017. Level tersebut sebelumnya tercapai ketika produsen minyak yang dipimpin OPEC sepakat mengurangi produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) sampai akhir Maret mendatang.
Departemen Tenaga Kerja AS merilis penambahan sebanyak 209.000 pekerja baru per Juli, melebihi ekspektasi yaitu hanya 183.000.
Sementara, dari sisi fundamental, Baker Hughes mengurangi satu rig minyak per 4 Agustus menjadi 765 unit. Meskipun jumlah rig turun pekan lalu, namun produksi minyak di AS mencapai 9,43 juta barel per hari, level tertinggi sejak Agustus 2015.
"Harga minyak mentah naik kuat karena investor memandang data (pekerjaan AS) sebagai tanda positif bagi permintaan minyak di Amerika Serikat. Penurunan jumlah rig pengeboran yang beroperasi di AS juga mendukung harga," tulis Bank ANZ dalam catatan seperti dilansir CNBC, Senin.
Namun, pasar masih dibayangi kenaikan produksi minyak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Ekspor minyak mentah OPEC per Juli naik ke rekor tertinggi, yaitu 26,11 juta barel per hari. Sebagian besar minyak berasal dari Nigeria.
Pejabat OPEC dan non-OPEC akan bertemu di Abu Dhabi pada Senin-Selasa untuk membahas cara-cara untuk memperbaiki tingkat kepatuhan anggota dalam melaksanakan kesepakatan pengurangan pasokan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News