Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga minyak dunia tergelincir setelah mencatat kenaikan tertinggi pada tahun ini. Fokus investor beralih dari pertumbuhan permintaan bensin Amerika Serikat (AS) secara musiman ke kenaikan produksi minyak AS dan OPEC.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/8) pukul 17.19 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman September 2017 di New York Mercantile Exchange turun 0,73% ke level US$ 48,67 per barel dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan, minyak tergerus hampir 2% setelah naik 8,6% pada pekan sebelumnya.
Data pemerintah AS pada Rabu (2/8) menunjukkan, stok minyak mentah terus menurun, tetapi produksi naik ke angka tertinggi sejak Juli 2015. Sementara menurut survei Bloomberg, produksi minyak OPEC bulan lalu naik ke level tertinggi tahun ini, didorong oleh kenaikan pasokan Libya.
Kenaikan produksi memicu kekhawatiran bahwa suplai global yang melimpah akan bertahan dan membebani harga yang sudah menyentuh US$ 50 per barel pekan ini. Itu level tertinggi untuk pertama kalinya sejak Mei.
Pekan lalu, minyak naik dengan dukungan penurunan stok minyak AS. Permintaan bensin AS mencapai puncaknya lantaran ada kebiasaan berkendara di musim panas yang akan berakhir bulan depan.
"Musim berkendara akan selesai setelah liburan September mendatang, sehingga jika produksi meningkat, maka stok minyak butuh waktu lebih lama untuk bergerak turun," kata Michael Hewson, Analis Pasar CMC Markets di London, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (4/8). "Meski kita melihat kenaikan permintaan dalam lima minggu beruntun, hal itu hanya penurunan moderat pada angka cadangan," imbuhnya.
Energy Information Administration (EIA) merilis produksi harian minyak AS naik 20.000 barel menjadi 9,43 juta barel per pekan lalu. Meski stok minyak AS turun dalam lima pekan sebelumnya, angka cadangan masih sekitar 95 juta barel di atas rata-rata lima tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News