Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Anjloknya harga minyak mentah dunia yang terjadi belakangan tidak selalu berdampak negatif. Begitulah kiranya yang terjadi pada emiten petrokimia terbesar di tanah air, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Sentimen pelemahan harga minyak membuat harga kedua saham ini terbang. Saham BRPT misalnya, dalam sepekan perdagangan menguat 18,6%. Bahkan, saham milik taipan Prajogo Pangestu ini melesat 97,93% dalam jangka waktu sebulan perdagangan.
Baca Juga: Saham BRPT dan TPIA melonjak saat harga minyak anjlok, begini penjelasan analis
Anak usaha BRPT, yakni TPIA pun demikian. Meski penguatannya tidak segila induk usahanya, dalam jangka waktu sebulan saja saham TPIA telah menguat 69,05%.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada menjelaskan, naiknya harga kedua saham ini tidak lepas dari kaitan (exposure) harga minyak yang menjadi bahan baku TPIA dan BRPT.
Menilik laporan keuangan TPIA, emiten konstituen Indeks Kompas100 ini mencatatkan beban pokok pendapatan senilai US$ 1,70 miliar. Sebanyak US$ 1,25 miliar atau 73,5% diantaranya merupakan beban bahan baku.
Oleh sebab itu, pelaku pasar berasumsi jika bahan baku ini berhubungan dengan perubahan harga komoditas minyak. Karena BRPT dan TPIA bergelut di segmen petrokimia maka diasumsikan akan terpengaruh dengan perubahan harga minyak mentah dunia.
“Nah, dengan turunnya harga minyak mentah maka diasumsikan harga bahan baku akan turun sehingga dapat berimbas positif pada berkurangnya beban pokok pendapatan mereka. Jika akun (pos) ini turun maka tentu harapannya laba bersih akan naik,” ujar Reza saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/4).
Baca Juga: IHSG ditutup turun tipis ke 4.506 pada akhir perdagangan sesi I
Lebih lanjut, mengenai ada atau tidaknya dampak positif penurunan harga minyak, Reza menilai hal ini akan terlihat dari laporan keuangan BRPT dan TPIA mendatang.
Sebagai gambaran, BRPT dan TPIA kompak mengalami penurunan kinerja tahun lalu. BRPT membukukan pendapatan bersih senilai US$ 2,40 miliar, turun 21,8% secara tahunan. Sementara itu, BRPT membukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$ 44,13 juta atau turun 38,9%.
Anak usaha BRPT, yakni TPIA membukukan pendapatan bersih sebesar US$1,88 miliar, turun 26% dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada tahun lalu yang mencapai US$ 2,54 miliar. Dari sisi bottom line, TPIA membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 22,88 juta atau turun 87,4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News