kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Komoditas Mulai Melandai, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?


Rabu, 16 Maret 2022 / 18:08 WIB
Harga Komoditas Mulai Melandai, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?
ILUSTRASI. Truk membawa batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10). ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/kye/17.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas seperti batubara dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mulai melandai pasca menguat secara signifikan.

Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menilai, penyebab turunnya harga batubara kemungkinan lebih kepada faktor koreksi. Sebab, komoditas energi ini sempat mengalami  peningkatan  harga yang masif.

Timothy menilai harga batubara sepanjang tahun 2022 dapat terus bertahan di level US$ 160 per ton, seiring dengan konflik yang terjadi di Ukraina. Tahun lalu, harga batubara berada di kisaran US$ 136,7 per ton.

Meski harga komoditas cenderung melandai, Timothy menilai saham-saham batubara masih menarik. Sebab, jika menggunakan estimasi harga batubara yang cukup konservatif yakni di level US$ 160 per ton, translasi ke laba bersih emiten dinilai sudah cukup tinggi.

Baca Juga: Jelang Bulan Ramadan, Saham Sektor Barang Konsumsi Ini Layak Dicermati

“Jadi, penurunan harga batubara dari US$ 400-an ke US$ 300 per ton bukan berita buruk juga, karena level ini sebenarnya masih sangat tinggi jika dibandingkan secara historical,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Rabu (16/3).

Di sektor batubara, Timothy merekomendasikan buy saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 3.400. Timothy mempertahankan outlook positif untuk ADRO.  Selain didukung oleh solidnya harga batubara, outlook ADRO juga disokong potensi pengembangan usaha di bidang energi terbarukan serta posisi neraca yang sehat.

Namun, wacana pemerintah untuk menaikkan tarif royalti yang secara signifikan dapat menghambat kinerja ADRO di tahun ini.

Timothy juga merekomendasikan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 32.500. Harga batubara yang diproyeksi di level US$ 160 per ton dapat menopang peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).

Namun, volume produksi dan penjualan yang cenderung datar dibandingkan peers membuat perkembangan pendapatan di 2022 berpotensi lebih rendah.

Baca Juga: Indo Premier Sekuritas Optimistis Saham GOTO Bakal Diburu Investor, Ini Alasannya

Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga direkomendasikan buy dengan target harga Rp 4.100. Selain ditunjang harga batubara yang solid, prospek PTBA juga disokong potensi pengembangan usaha strategis serta posisi neraca yang sehat.

Namun patut dicatat, PTBA memiliki pangsa pasar domestik yang dominan dengan harga batubara acuan (HBA) yang relatif lebih rendah dari harga batubara acuan global.

Analis BRIDanareksa Sekuritas Andreas Kenny menilai, tahun ini menjadi tahun yang bullish untuk sektor perkebunan. Sejumlah katalis bisa menjadi pendorong kenaikan harga CPO, diantaranya yakni rendahnya hasil kedelai di Amerika Selatan, yang menyebabkan lonjakan harga kedelai.

Hal Ini dibarengi dengan meroketnya harga minyak dunia. Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berpotensi mememperburuk pasokan minyak mentah.

Di sisi lain, Ukraina sebagai produsen minyak bunga matahari terbesar di dunia kesulitan untuk melakukan pengiriman.

Andreas menilai, pasokan yang terbatas secara struktural membuat harga CPO melambung tinggi. Perkiraan usia rata-rata nasional  pohon sawit di Indonesia lebih dari 15 tahun. Di sisi lain, tidak ada ekspansi penanaman secara besar, yang berarti pasokan akan tetap terbatas. Masalah struktural yang sama juga terlihat di Malaysia.

Dengan demikian, Andreas meyakini harga CPO akan tetap di atas MYR 4.000 per ton untuk beberapa tahun ke depan. Untuk tahun ini, harga CPO akan di atas MYR 4.500 per ton dengan harga rata-rata MYR 5.000 per ton.

Andreas menyematkan rating overweight terhadap sektor perkebunan sawit. Dengan proyeksi harga rata-rata CPO tahun ini sebesar MYR 5.000 per ton, laba bersih (net income) emiten CPO di bawah cakupan analisis BRI Danareksa Sekuritas seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan tumbuh lebih dari 45% secara tahunan.

Andreas merekomendasikan beli saham DSNG dengan target harga Rp 1.000, LSIP dengan target harga Rp 2.200, AALI dengan target harga Rp 20.000, dan SSMS dengan target harga Rp 2.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×