kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga komoditas menanjak, diversifikasi sumber energi dinilai jadi langkah tepat


Kamis, 30 September 2021 / 20:13 WIB
Harga komoditas menanjak, diversifikasi sumber energi dinilai jadi langkah tepat
ILUSTRASI. Investor melintas di depan papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga  sejumlah komoditas energi belum terbendung. Mengutip Bloomberg, harga batubara Newcastle untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 berada di level US$  210,50 per ton pada perdagangan Rabu (29/9). Ini merupakan level tertinggi  sepanjang masa (all time high) yang berhasil diraih oleh batubara.

Pun demikian dengan harga minyak. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) saat ini berada di harga US$ 74,93 per barel,  sudah naik 54,43% secara year-to-date (ytd).

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menyebut, kenaikan harga batubara tentu bakal menekan margin emiten-emiten yang memerlukan batubara dalam proses produksinya. Contohnya seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan juga PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Walau begitu, Frankie menilai keduanya memiliki langkah yang baik dalam menghadapi kenaikan harga batubara ini. Seperti INTP misalnya, melakukan efesiensi penggunaan batubara seperti dengan strategi mixing coal. Produsen semen merk Tiga Roda ini juga sedang menyelesaikan fasilitas Refuse-Derived Fuel (RDF) yang digunakan untuk mengolah limbah menjadi bahan bakar. 

Baca Juga: Harga komoditas energi masih melaju, emiten-emiten atur strategi efisiensi

“Hal yang senada dilakukan INCO, dengan diversifikasi penggunaan energi lain yaitu High Sulphur Fuel Oil (HSFO). Jadi, efesiensi yang dilakukan oleh kedua emiten tersebut memang cukup membantu mempertahankan margin.” tutur Frankie, Kamis (30/9).

Hal yang serupa juga akan dilakukan oleh emiten pertambangan, yang tentu bakal melakukan diversifikasi sumber energi mereka selain minyak bumi, seperti biofuel, gas dan batubara. Sehingga, dampak kenaikan harga minyak dunia tidak terlalu signifikan terhadap biaya produski mereka. Buktinya, emiten tambang seperti INCO, UNTR dan PTBA masih bisa mencatat pertumbuhan pendapatan di semester I -2021.

Sementara dampak kenaikan minyak mentah khususnya untuk industri lain sepertinya tidak terlalu berdampak signifikan. Ambil contoh seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang pada semester I-2021 malah bisa menorehkan kinerja positif berupa laba bersih sebesar Rp 2,38 trilun dari sebelumnya mencatat kerugian.




TERBARU

[X]
×