Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Test Test
JAKARTA. Harga berbagai komoditas logam mulai meningkat seiring dengan kembali memanasnya harga minyak mentah. Cuma, para analis meramalkan kenaikan komoditas logam tahun ini tidak akan terlalu tajam.
Contohnya, harga nikel. Di bursa London Metal Exchange (LME), pada Rabu (17/3) lalu, harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan ke depan sudah naik 2,3% dibandingkan akhir pekan sebelumnya menjadi US$ 22.250 per ton.
Harga nikel ini belum sampai memecahkan rekor tertinggi sebesar US$ 22.845 per ton yang dicapai pada 3 Maret lalu. Namun, harganya saat ini cukup tinggi dibandingkan harga rata-rata tahun 2009 yang sebesar US$ 14.781.
Begitu pun dengan harga timah. Di bursa LME, harga logam ini sudah mencapai US$ 17.750 per ton untuk pengiriman tiga bulan mendatang. Padahal, sepekan sebelumnya masih US$ 17.550 per ton.
Selain nikel dan timah, harga tembaga pun sempat naik. Harga tembaga untuk kontrak tiga bulan ke depan naik menjadi sebesar US$ 7.534 per ton dibandingkan pekan sebelumnya. "Tapi, permintaan dari China tidak cukup kuat untuk mempertahankan penguatan harga tembaga," kata Li Peiying, analis Anxin Futures Co., Beijing, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.
Analis Indosukses Futures Herry Setyawan mengatakan, kenaikan harga komoditas logam maupun komoditi lain seperti soft commodity dan pertanian dipicu oleh harga minyak. Harga emas hitam ini hampir menyentuh US$ 83 per barel. Namun, hingga pukul 16.25 WIB, kemarin, harga minyak sempat terkoreksi menjadi US$ 82,04 per barel.
Kendati terus merangkak naik, Herry mengatakan, harga komoditas logam ini hanya tumbuh maksimal 10%. "Dengan catatan ekonomi Amerika Serikat berlanjut dan China juga melanjutkan pertumbuhannya," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News