kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.430   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.223   -248,56   -3,84%
  • KOMPAS100 896   -33,02   -3,55%
  • LQ45 709   -20,34   -2,79%
  • ISSI 194   -8,31   -4,11%
  • IDX30 370   -9,39   -2,47%
  • IDXHIDIV20 444   -10,12   -2,23%
  • IDX80 103   -3,04   -2,87%
  • IDXV30 107   -2,26   -2,07%
  • IDXQ30 121   -3,14   -2,53%

Harga Komoditas Energi Fluktuatif, Menanti Kelanjutan Perdamaian Rusia - Ukraina


Selasa, 18 Maret 2025 / 19:33 WIB
Harga Komoditas Energi Fluktuatif, Menanti Kelanjutan Perdamaian Rusia - Ukraina
ILUSTRASI. Harga sejumlah komoditas energi cenderung fluktuatif, dengan pasar menanti kelanjutan prospek perdamaian antara Rusia-Ukraina


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi meliputi minyak mentah dan gas alam bergerak fluktuatif dalam sepekan. Eskalasi terbaru perdamaian Rusia-Ukraina dan ketegangan perdagangan menjadi fokus perhatian pasar saat ini.

Melansir dari data Trading Economics, pada Selasa (18/3) pukul 16.30 WIB, minyak mentah WTI dan Brent diperdagangkan US$ 68,438 per barel dan US$ 71,889 per barel. Keduanya kompak meningkat 3,34% dan 3,38% secara mingguan.

Berbanding terbalik dengan harga gas alam yang justru tertekan minus 10,73% secara mingguan dan diperdagangkan di level US$ 3.9799 per MMBtu.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengamati, koreksi harga pada gas alam merupakan imbas dari lesunya permintaan untuk pemanasan akibat perubahan iklim dan cuaca. Komoditas ini biasanya mengalami lonjakan permintaan di musim dingin. Namun, cuaca diperkirakan akan lebih hangat hingga 1 April 2025 mendatang.

Dari sisi penawaran, pasokan di Amerika Serikat (AS) pun terus mencapai rekor demi rekor baru. Produksi gas di 48 negara bagian bawah meningkat menjadi 105,9 miliar kaki kubik per hari (bcfd) pada bulan Maret, angka ini melampaui rekor pada bulan Februari sebesar 105,1 miliar bcfd.

Baca Juga: Harga Minyak Turun, Dipicu Kekhawatiran Melemahnya Permintaan Energi Global

"Faktor lain perlu diperhatikan adalah proses perundingan damai Rusia-Ukraina yang potensial membuat gas Russia kembali dan penghentian impor gas alam China dari AS. Keduanya bisa membebani harga gas alam kedepannya. Apalagi, nilai impor China mencakup 6% dari total output AS," ujar Lukman dalam keterangannya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/3).

Begitu pun dengan komoditas minyak mentah, tren kenaikan harga untuk sesi ketiga berturut-turut ini dibatasi oleh prospek perdamaian konflik Russia-Ukraina. Jika, Trump dan misi nya berhasil meleraikan gencatan senjata itu, maka dapat menyebabkan peningkatan pasokan.

"Selain itu, eletrifikasi kendaraan, peningkatan produksi di Amerika Utara dan beberapa negara OPEC, serta rencana normalisasi pemangkasan produksi OPEC+ menjadi faktor yang perlu diperhatikan, karena ini potensial membebani harga ke depannya," terang Lukman.

Sementara itu, Pengamat Komoditas dan Founder Tradeindo Wahyu Tribowo Laksono menilai, rebound harga minyak mentah yang terjadi belakangan ini tidak terlepas dari membaiknya data ekonomi AS sepertii inflasi dan pasar tenaga kerja.

Ditambah, perlambatan ekonomi China yang memicu stimulus luar biasa juga meningkatkan ekspektasi kebangkitan permintaan dari negara tirai bambu sebagai importir minyak terbesar.

Sementara itu, Wahyu juga mengamati bahwa pergerakan gas alam cenderung dramatis, artinya harga bisa naik atau turun secara signifikan pada suatu waktu sebelum akhirnya kembali normal dan terkonsolidasi.

"Gas alam merupakan komoditas paling volatile yang diperdagangkan di bursa berjangka dan sering mengalami pembacaan jauh di atas level 100%. Dan ini potensial berkelanjutan dalam jangka pendek maupun panjang," ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (18/3).

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Tertekan Kekhawatiran Pasokan Berlimpah

Dalam analisisnya, Wahyu memproyeksikan harga minyak mentah WTI akan bergerak di level US$ 65 per barel – US$ 75 per barel hingga akhir tahun nanti. Sementara Brent berada di level US$ 69 per barel – US$ 79 per barel.

"Untuk gas alam, prediksinya akan bergerak di level US$ 3.500 – US$ 4.000 per MMBtu," tutup Wahyu.

Lukman juga turut memproyeksikan dalam jangka pendek pergerakan minyak mentah WTI akan bergerak di level US$ 65 – US$ 70 per barel dan gas alam bergerak di level US$ 3.000 – US$ 3.500 per MMBtu.

"Sementara hingga akhir tahun nanti, minyak mentah WTI perkiraannya bergerak di level US$ 60 per barel, dan gas alam seiring dengan musim dingin nanti bergerak di level US$ 3.600 – US$ 3.800 per MMBtu," tutup Lukman.

Selanjutnya: Kinerja Dharma Satya (DSNG) Diproyeksi Tumbuh Positif Seiring Kenaikan Harga CPO

Menarik Dibaca: Official Trailer dan Poster Penjagal Iblis: Dosa Turunan Dirilis, Tayang 30 April

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×