Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi meliputi minyak, batubara dan gas alam terpantau terus merosot. Kekhawatiran risiko kelebihan pasokan (oversupply) membayangi pelemahan harga.
Berdasarkan data Tradingeconomics, Selasa (25/2) pukul 17.00 WIB, harga minyak mentah di posisi US$ 70,722 per barel, turun sekitar 1,60% secara mingguan dan turun 3,40% secara bulanan. Harga gas alam sedikit lebih baik di posisi US$ 4.0082 per Mmbtu dengan penurunan sekitar 0,03% secara mingguan dan harga telah naik lebih dari 23,15% dalam sebulan.
Sementara itu, untuk periode yang sama, harga batubara naik tipis sekitar 0,25% secara mingguan di US$ 102,25 per ton, namun harganya anjlok sekitar 10,74% secara bulanan. Harga batubara mendekati level terendah empat tahun di posisi US$98,34 per ton, tepatnya pada 20 Mei 2021.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga minyak dan (migas) yang sedang melemah dipengaruhi oleh kekhawatiran adanya kelebihan pasokan (oversupply).
Harga migas telah mengalami sedikit peningkatan baru-baru ini, didorong oleh cuaca dingin dan peningkatan aktivitas industri di China. Namun permintaan yang lesu dari China masih membayangi pelemahan harga.
Baca Juga: Bahlil Teken Aturan Ekspor Batubara Pakai Standar HBA
‘’Risiko kelebihan pasokan terus membayangi pergerakan harga minyak mentah. Faktor-faktor seperti peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC+ dan permintaan yang lebih lemah dari yang diharapkan dari China berkontribusi terhadap risiko ini,’’ ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (25/2).
Sutopo menilai, sanksi baru AS terhadap minyak Iran kemungkinan akan mengangkat harga minyak karena berpotensi mengurangi pasokan minyak mentah global. Namun, sejauh mana kenaikan harga minyak akan bergantung pada seberapa efektif sanksi tersebut ditegakkan dan respons negara-negara penghasil minyak lainnya.
Departemen Keuangan AS pada Senin (24/2) menetapkan sanksi-sanksi baru yang menargetkan industri minyak mentah Iran, termasuk para broker, operator kapal tanker, dan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penjualan dan pengiriman minyak Iran.
Sementara itu, Sutopo mencermati bahwa harga batubara telah jatuh mendekati titik terendah dalam 4 tahun terakhir seiring permintaan yang rendah dari sektor pembangkit listrik di saat persediaan melimpah.
‘’Harga energi, termasuk minyak, gas alam, dan batubara, diperkirakan akan tetap lemah dalam waktu dekat karena faktor-faktor seperti peningkatan pembangkitan energi terbarukan, peristiwa geopolitik, dan ketidakpastian ekonomi,’’ imbuhnya.
Baca Juga: DHE SDA Berlaku 1 Maret, Pelaku Usaha Batubara Belum Terima Peraturan Lanjutan
Menurut Sutopo, harga minyak mentah kemungkinan diperdagangkan pada US$73,60 per barel di akhir kuartal I-2025. Dalam jangka waktu yang lebih lama, harga minyak mentah bisa naik ke level US$ 76,92 per barel.
Pada harga gas alam diperkirakan akan diperdagangkan di level US$ 3,17 Mmbtu pada akhir kuartal ini, dan US$ 3,56 per Mmbtu dalam jangka waktu yang lebih lama. Sedangkan, harga batubara diperkirakan di posisi US$ 118,28 per metrik ton pada akhir kuartal ini dan di level US$ 122,51 per metrik ton dalam jangka waktu yang lebih lama.
Selanjutnya: Emiten Ramai-ramai Tarik Pinjaman dari Bank, Cek Prospeknya ke Depan
Menarik Dibaca: Dukung Pengelolaan Sampah, Beiersdorf Gelar Program Peduli Diri dan Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News