kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Komoditas Energi Berpotensi Turun Pekan Ini


Senin, 13 Juni 2022 / 14:35 WIB
Harga Komoditas Energi Berpotensi Turun Pekan Ini
ILUSTRASI. Harga komoditas energi berpotensi turun pekan ini setelah bergerak fluktuatif pada pekan lalu.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi berpotensi turun pekan ini setelah bergerak fluktuatif pada pekan lalu. Mengutip Barchart, Senin (13/6), harga komoditas energi seperti harga batubara turun 5,07% selama sepekan ke level US$ 317,50 per ton, dibandingkan pekan sebelumnya Senin (6/6) sebesar US$ 333,60 per ton.

Di periode sama, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2022 berada di level US$ 119,03 per barel atau naik sebesar 0,44% dari US$ 118,50 per barel di pekan sebelumnya.

Sementara, harga gas alam berada di US$ 8,63 per mmbtu, turun 7,99% dari pekan sebelumnya di level US$ 9,32 per mmbtu.

Baca Juga: India & China Jadi Pelanggan Utama Minyak Rusia di Tengah Gempuran Sanksi

"Harga komoditas di minggu kemarin memang fluktuatif, salah satunya harga batubara terus mengalami penurunan yang cukup signifikan disebabkan oleh kekhawatiran akan dampak dari kasus kenaikan Covid19 di Tiongkok," ucap Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi kepada Kontan.co.id, Senin, (13/6). 

Ibrahim menyampaikan akibat kenaikan kasus covid 19, pemerintahan Shanghai melakukan tes covid secara massal dan menemukan varian covid yang baru dan lebih ganas. 

"Sehingga jika ditutup kembali atau melakukan lockdown akan mengakibatkan penurunan daya beli terutama untuk pembangkit tenaga listrik uap yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar," ucap Ibrahim. 

Baca Juga: Harga Minyak Jatuh Dipicu Kasus Covid-19 di Beijing, WTI ke US$118,81 Per Barel

Ibrahim mengatakan penurunan daya beli sudah terlihat dari data ekspor impor batubara ke Tiongkok yang mengalami penurunan sekitar 16% dari bulan Januari hingga April. Sekitar 50,5% kebutuhan batubara global berasal dari China sehingga ketika ada potensi penurunan permintaan, harga batubara pun tertekan. 

Harga minyak dan gas alam bergerak fluktuatif dan mengalami suatu lonjakan terutama minyak mentah dunia sempat mencapai level tertinggi yaitu dilevel US$ 123 per barel dan gas alam mencapai level US$ 9 per mmbtu.

"Penyebabnya berasal dari perang di Ukraina yang merupakan perang yang cukup dramatis dan sangat berpengaruh terhadap pasokan minyak, disisi lain pasokan minyak dan gas alam dari Rusia sendiri dibatasi karena saat ini Rusia mendapatkan sanksi dari Eropa," ujar Ibrahim. 

Baca Juga: Tingkat Inflasi Amerika Tertinggi Sejak 1981, Gara-gara Harga Bensin dan Makanan

Dia memperkirakan harga batubara, minyak dan gas alam akan kembali turun mengingat data inflasi sudah keluar dan melebihi dari ekspetasi yaitu mencapai 8,6%. Ini mengindikasikan bahwa harga-harga di Amerika mengalami lonjakan terutama bensin. 

Sentimen positif yang mempengaruhi kenaikan harga komoditas berasal dari permasalahan geopolitik di Rusia Ukraina dan membuat Eropa menghentikan impor batubara, minyak dan gas alam dari Rusia sehingga menyebabkan pasokan berkurang dan harga naik. 

Sementara, sentimen negatif berasal dari data inflasi yang menyebabkan kenaikan suku bunga sehingga dapat menurunkan harga komoditas. 

Ibrahim memproyeksikan harga gas alam di semester pertama ini berpotensi berada di US$ 8,0 per mmbtu, Sedangkan harga minyak berpotensi ada di US$ 110 per barel dan batubara US$ 300 per ton pada semester pertama. 

Sementara untuk akhir tahun, harga gas alam akan berada di US$ 6,00 per mmbtu, minyak mentah di kisaran US$ 100 per barel, dan batubara sekitar US$ 200 per ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×