Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) diperkirakan melanjutkan kenaikan harga jual atau average selling price (ASP) semen hingga akhir tahun nanti.
Diketahui SMGR menaikkan ASP sekitar 3% untuk semen kantong merek premium di 13 provinsi selama periode Mei–Juni, dan sebesar 3%-5% untuk semen kantong dan semen curah pada bulan Juli–Agustus 2024.
Adapun kenaikan lebih lanjut direncanakan pada bulan September hingga Desember, meliputi semen kantong, curah, dan ekspor.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengungkap kenaikan harga jual semen tentu saja bisa memaksimalkan potensi pendapatan SMGR.
"ASP yang lebih kompetitif akan berdampak ke margin, sehingga lebih maksimal lagi. Namun dengan catatan selama volume penjualannya masih bisa tetap dijaga," kata Miftahul kepada KONTAN, Selasa (16/10).
Baca Juga: Kenaikan Harga Jual Topang Kinerja Semen Indonesia (SMGR), Simak Rekomendasi Analis
Di sisi lain Research Analyst Panin Sekuritas, Aqil Triyadi menilai dampak kenaikan ASP justru tidak akan signifikan mendorong profitabilitas SMGR.
Menurutnya sektor semen saat ini masih berada dalam kondisi oversupply di tengah permintaan yang belum pulih secara optimal. Sehingga meskipun harga dinaikkan, tekanan dari sisi volume penjualan masih membatasi potensi peningkatan kinerja secara keseluruhan. Dengan demikian kontribusinya terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan kemungkinan akan terbatas.
Aqil mencermati justru rencana kebijakan 3 juta rumah per tahun oleh Pemerintah baru yang dapat memperbaiki permintaan semen.
Ditambah dukungan atas rencana insentif yang diberikan Pemerintah kepada sektor properti, seperti insentif PPN dan BPHTB. Kebijakan ini memberikan harapan lebih untuk mendorongan kinerja sektor semen," ucap Aqil kepada KONTAN, Selasa (15/10).
Kendati demikian Aqil mengingatkan ada katalis yang bisa menekan SMGR yakni persaingan industri semen yang masih ketat, sebab kondisi oversupply yang diperkirakan masih berlanjut.
Oleh sebab itu, melalui analisa ini Aqil memperkirakan pendapatan dan laba SMGR masih akan tertekan pada tahun ini dan sedikit perbaikan di tahun 2025.
Berbeda dari Aqil, Miftahul memproyeksi adanya peluang kinerja yang membaik di sisa tahun ini. Selain ditopang strategi SMGR untuk menaikkan harga semen, Miftahul mengatakan pada periode ini SMGR bisa lebih menggenjot volume penjualannya sebab lebih banyaknya hari kerja di kuartal III dan IV.
Miftahul bilang secara historis sekitar 54% volume penjualan dan 66%-72% laba bersih terkonsentrasi di semester II. Hal ini menunjukkan bahwa paruh kedua tahun biasanya menjadi periode yang lebih kuat untuk perusahaan.
Selain itu sentimen pelonggaran suku bunga bank sentral juga bisa berdampak positif pada industri semen domestik karena akan mendorong peningkatan kebutuhan semen seiring dengan peningkatan aktivitas pembangunan yang didukung oleh biaya pembiayaan yang lebih rendah.
Oleh sebab itu Miftahul memperkirakan volume penjualan SMGR masih akan melanjutkan momentum pertumbuhannya di semester II 2024. Hanya saja, untuk segmen semen kantong diprediksi cenderung flat secara permintaan.
Untuk sahamnya, Miftahul bilang secara valuasi SMGR masih cukup fair. Oleh sebab itu pihaknya merekomendasikan trading buy pada SMGR dengan target harga Rp 4.390 per saham.
Sementara Aqil merekomendasikan hold untuk saham SMGR dengan target harga Rp 4.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News