kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.975.000   59.000   3,08%
  • USD/IDR 16.814   16,00   0,10%
  • IDX 6.417   17,10   0,27%
  • KOMPAS100 922   3,87   0,42%
  • LQ45 719   2,20   0,31%
  • ISSI 204   1,37   0,68%
  • IDX30 375   0,88   0,24%
  • IDXHIDIV20 454   0,60   0,13%
  • IDX80 105   0,50   0,48%
  • IDXV30 110   -0,20   -0,18%
  • IDXQ30 123   0,60   0,48%

Harga jual CPO SGRO naik hingga 33%


Kamis, 14 April 2016 / 08:10 WIB
Harga jual CPO SGRO naik hingga 33%


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tren penguatan harga crude palm oil (CPO) turut berimbas ke harga penjualan CPO PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO). Emiten perkebunan ini mencatatkan harga penjualan CPO untuk tender terakhir April ini di atas Rp 8.000 per kilogram.

Harga jual ini naik 33% dari harga jual tender CPO di awal tahun yang berada di sekitar level Rp 6.000 per kilogram. "Harga tersebut tergantung makro ekonomi dan harga pasar komoditas global," kata Michael Kusuma, Kepala Hubungan Investor SGRO, kepada KONTAN, Selasa (12/4).

Tahun lalu, harga jual rata-rata CPO SGRO turun 16% menjadi Rp 7.030 per kg. Sedangkan pada 2014 harga jual rata-rata CPO Rp 8.346. Michael menambahkan, ada indikasi penurunan produksi di kuartal pertama tahun 2016.

Tingkat produksi pada kuartal pertama berpeluang turun jika dibandingkan dengan produksi pada kuartal keempat. Ini adalah dampak masuknya musim panen rendah. Tahun ini, SGRO membidik pertumbuhan produksi 10%–15%.

Produksi SGRO tahun lalu melonjak 21% menjadi sebesar 388.000 ton, melebihi target pertumbuhan awal 10%–15%. "Produksi tahun 2015 tinggi didukung oleh profil tanaman yang sedang dalam tahap peningkatan produktivitas," kata Michael.

Dengan pertumbuhan 10%–15%, artinya produksi CPO SGRO tahun ini bisa mencapai 426.800 ton–446.200 ton. Michael mengatakan, dampak negatif cuaca ekstrem tahun lalu akan berlanjut dan bisa mengganggu produksi.

"Kami lihat hampir tiap tahun di semester kedua tingkat produksi akan lebih tinggi dibanding semester satu," kata Michael.

Menurut dia, kisaran produksi di semester pertama sekitar 40%-45% dari total produksi, dan di semester kedua bisa mencapai 55%-60%. SGRO juga terus melakukan ekspansi lahan, terutama untuk sawit dan karet.

Saat ini lahan CPO SGRO berada di Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat. Sedang karet hanya berada di Kalimantan Barat.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, mengatakan, kenaikan harga jual CPO tentu akan mengerek pendapatan emiten. Pendapatan perusahaan yang mengandalkan komoditas CPO seperti SGRO sangat dipengaruhi kuantitas dan harga jual.

Namun, kuantitas tidak bisa ditambah dengan mudah, sehingga harga jual menjadi sangat dominan untuk menyokong laba. "Bila dari harga kisaran Rp 6.000 per kg naik ke Rp 8.000 per kg maka bisa ada kenaikan pendapatan sebesar 25%," kata Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×