kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Gas dan Amonia Turun, Kinerja Surya Esa Perkasa (ESSA) Kurang Cerah pada 2023


Senin, 15 Mei 2023 / 23:50 WIB
Harga Gas dan Amonia Turun, Kinerja Surya Esa Perkasa (ESSA) Kurang Cerah pada 2023


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para analis memprediksi, kinerja keuangan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) pada tahun 2023 tidak akan secerah tahun lalu. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, penurun kinerja disebabkan oleh tren koreksi harga komoditas dan melemahnya permintaan global. 

Menengok kinerja keuangan ESSA per kuartal I-2023, perusahaan yang bergerak di sektor energi dan kimia melalui kilang Liquefied Petroleum Gas (LPG) serta pabrik amonia ini mencatatkan penurunan pendapatan hingga 45% year on year (YoY), dari US$ 159,03 juta menjadi US$ 87,85 juta. Sejalan dengan itu, laba bersih ESSA merosot hingga 88% yoy, dari US$ 25,92 juta menjadi US$ 3,11 juta.

Melihat realisasi tersebut, Nafan memperkirakan, kinerja ESSA akan tumbuh negatif pada tahun ini, baik di top line maupun bottom line. Potensi resesi global turut menjadi faktor pemberat lainnya karena bakal memengaruhi harga komoditas gas dan amonia.

Baca Juga: Ini Penyebab Turunnya Kinerja Surya Esa Perkasa (ESSA) pada Kuartal I

Meskipun begitu, Nafan memandang positif komitmen ESSA untuk memproduksi blue ammonia, yakni produk turunan grey ammonia yang lebih ramah lingkungan. Dalam pembuatan blue ammonia, emisi karbondioksida tidak dilepas ke udara, melainkan dapat disimpan melalui storage tank atau di bawah permukaan tanah sehingga mengurangi potensi pencemaran udara.

"Blue ammonia ini relatif jarang ketersediaannya di Indonesia sehingga pengembangan ini bisa menjadi kesempatan bagi ESSA. Produk tersebut juga dapat diekspor ke luar negeri sehingga bisa mendorong kinerja ESSA ke depannya," ucap Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (15/5).

Sebagai informasi, ESSA berencana mengalokasikan dana sebesar US$ 100 juta-US$ 200 juta untuk penyelesaian proyek blue ammonia. Proyek ini rencananya akan mulai komersialisasi pada tahun 2025.

Dalam riset tanggal 2 Mei 2023, Analis Indo Premier Sekuritas Reggie Parengkuan mengatakan, penurunan harga amonia pada tahun ini didorong oleh menurunnya permintaan gas. Sebagaimana diketahui, gas merupakan bahan baku utama produksi amonia. Penurunan permintaan gas ini dipengaruhi oleh musim dingin yang lebih ringan di belahan bumi utara.

Di samping itu, Uni Eropa juga berhasil menahan konsumsi gas sebesar 19% dari Agustus 2022-Januari 2023, mengalahkan target pengurangan konsumsi gas sebesar 15% antara Agustus 2022- Maret 2023.

Eropa bahkan berpeluang untuk mengurangi permintaan gasnya hingga tahun depan. Selain itu, permintaan dari China dan India juga turun di tengah pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan harga gas yang tinggi. 

Sejalan dengan harga amonia yang lebih rendah, Reggie menurunkan prediksi laba bersih ESSA untuk tahun 2023 dari awalnya US$ 80 juta menjadi US$ 25 juta. Perkiraan ini sejalan dengan penurunan asumsi harga rata-rata amonia tahun 2023 dari US$ 600 per metrik ton menjadi US$ 375 per metrik ton karena melemahnya permintaan global.

"Kami sedikit memangkas volume penjualan sebesar 2% di 2023 menjadi 700 ribu metrik ton, mencerminkan penundaan proyek debottlenecking tetapi juga menyesuaikan untuk volume penjualan kuartal I-2023 yang lebih tinggi," tutur Reggie. 

Kemudian, dalam riset 10 Maret 2023, Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey mengatakan, harga jual rata-rata ESSA pada tahun 2023 akan cenderung melandai seiring dengan harga komoditas (LPG dan amonia) yang turun. 

Hal ini terjadi karena meningkatnya cadangan gas di Eropa di kisaran 70% seiring peningkatan suplai dan musim dingin yang lebih hangat sehingga menjadikan kebutuhan untuk pemanas di bawah peak season

Di sisi lain, rencana pembangunan proyek blue ammonia diekspektasikan dapat menambah value added produk ESSA. Apalagi, perusahaan memiliki teknologi dalam produksi amonia terbaik serta paling efisien di dunia. 

Sebagai informasi, ESSA memiliki serta mengoperasikan kilang LPG yang merupakan kilang terbesar kedua swasta di Indonesia dan salah satu objek vital nasional. Kilang LPG perusahaan berada di Palembang, Indonesia dengan kapasitas 190 ton per hari untuk LPG dan 500 barel per hari untuk Kondesat. 

 

Dalam upaya ekspansi bisnis, perusahaan mengakuisisi saham mayoritas dalam proyek amonia oleh PT Panca Amara Utama (PAU), pabrik amonia tersebut terletak di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, dimana gas untuk bahan baku amonia diperoleh dari JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi. 

Hingga kini, kilang amonia PAU dapat memproduksi lebih dari 2.000 metrik ton per hari amonia dengan teknologi terkini dan efisien pemakaian bahan bakar KBR Reforming Exchanger System (KRES) dan Purifier Technology.

Pada tahun 2022, pendapatan ESSA meningkat 141,1% yoy menjadi US$ 731 juta berkat solidnya harga komoditas global. Sejalan dengan itu, kenaikan laba bersih menembus 893,9% yoy menjadi US$ 139 juta.

Reggie kini merekomendasikan hold ESSA dengan target harga Rp 730 per saham, turun dari target harga sebelumnya di Rp 1.180 seiring dengan penurunan prediksi laba bersih.

Sementara itu, secara teknikal, Nafan melihat ESSA mengalami fase markdown dengan target support di level Rp 530. Jika terjadi rebound teknikal, resistance sebagai target adalah pada level Rp 700. Nafan juga memberikan rekomendasi hold untuk ESSA. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×