Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam masih dalam tekanan. Musim dingin yang lebih hangat hingga pelemahan ekonomi China menjadi pemberatnya.
Mengutip Trading Economics, harga gas alam turun 2,41% ke US$ 2,5/MMBtu pada Kamis (8/12) pada pukul 19.10 WIB. Dalam sepekan, harganya telah turun 10,52% dan sebulan terakhir ambles sebesar 26,02%.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, penyebab utama tertekannya harga gas alam dari pasokan yang terus naik pada tingkat rekor baru. Apalagi ia melihat, saat ini produksi gas alam masih terus meningkat di tengah pelemahan permintaan.
"Minggu terakhir November, suplai gas alam sebesar 119,4 miliar kubik kaki sementara permintaan hanya 99,5 miliar kubik kaki," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/12).
Baca Juga: Pemerintah Rancang Desain Pemanfaatan Gas Bumi Nasional
Oleh sebab itu, Lukman menilai hingga akhir tahun harganya pun masih akan terjun bebas. Diperkirakan akhir Desember 2023 harganya di level US$ 2,3/MMBtu.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sepakat bahwa lesunya permintaan akibat perlambatan ekonomi di Tiongkok menjadi tekanan utama harga gas alam. Maklum, negara Tirai Bambu menjadi salah satu negara terbesar importir gas alam.
Ia pun memperkirakan harga gas alam masih berpotensi melemah. Namun, ekspektasi bank sentral yang akan menurunkan suku bunga diperkirakan mampu mendorong harga gas alam, kendati tidak signifikan.
Menurutnya, di akhir tahun harga gas alam bisa bertahan di US$ 2,5/MMBtu dengan catatan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) naik dan inflasi di AS turun. Namun, apabila asumsi itu tidak tercapai maka harga gas alam diperkirakan ke US$ 2,49/MMBtu di akhir 2023.
Baca Juga: Pemerintah Rancang Desain Pemanfaatan Gas Bumi Nasional
Adapun di awal tahun depan, harga gas alam diperkirakan bisa naik mendekat ke US$ 3/MMBtu. Namun, masih akan terkoreksi ke US$ 2,7/MMBtu pada akhir kuartal I karena memasuki musim semi.
Harganya juga diperkirakan akan lanjut melelah di kuartal II dan III 2024. Pada kuartal II diproyeksikan harganya di US$ 2,5/MMBtu dan di kuartal III pada level terendahnya di US$ 2,45/MMBtu. Barulah kemudian akan meningkat kembali ke US$ 2,6/MMBtu pada akhir 2024.
"Gas alam memang sedang tidak baik-baik saja karena negara-negara banyak yang menggunakan pembangkit listrik tenaga uap karena lebih murah dan harga mudah dicari," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News